Kamis, 05 Juni 2014

The Ugly Guardian Angel : Keputusan Terakhir

Henry sedang duduk didepan bu Kokom dengan tegangnya.  Bu Kokom menghela nafasnya dan mulai bertanya dengan nada lembut. ‘Henry, apa kamu betah sekolah disini?’
‘Iya bu.’ Jawab Henry tegang.
‘Punya banyak teman baru?’ Tanya bu Kokom lagi.
‘Alhamdulillah bu.’ Jawab Henry.
‘Apa kamu ada masalah sama teman baru kamu?’ Tanya bu Kokom agak curiga.
‘Nggak bu.’ Jawab Henry cemas.
‘Coba buka plester kamu dan buka baju kamu.’ Perintah bu Kokom tegas.

Henry membuka plesternya dan seragamnya serta kaosnya. Bu Kokom terkejut melihat luka kebiruan di badan dan pelipis siswa barunya ini. Dengan schokednya bu Kokom bertanya ‘He, Henry…. Apa ini?!’
Henry hanya tertunduk lesu.
‘Henry, coba jujur ke ibu! Apa yang terjadi dan kenapa kamu bisa begini?!’ Tanya bu Kokom agak memaksa.
‘Tadi pagi saya berkelahi bu.’ Jawab Henry pasrah.
‘Berkelahi sama siapa?’ Tanya bu Kokom terkejut.
‘Fauzi.’ Jawab Henry pasrah.
‘Kenapa kalian berkelahi?’ Tanya bu Kokom.
‘Soalnya dia ngeganggu teman saya bu.’ Jawab Henry sedih.
‘Coba ceritakan lebih jelas!’ Suruh bu Kokom.

Dengan sedikit air mata yang keluar, Henry menceritakan semuanya. Kedatangan Fauzi, perkelahian itu, saat Fauzi menghina Henry habis-habisan dan cerita masa lalunya yang kelam. Bu Kokom hanya menggelengkan kepalanya, dia tidak percaya bahwa ada orang yang berani nge-bully sampai separah itu.
‘Kenapa kamu nggak lapor ke ibu atau ke satpam?’ Tanya bu Kokom.
Saya takut bu.’ Jawab Henry sedih.
‘Tenang aja Henry, sekolah ini beda sama SD kamu yang matrealistis itu! Sekolah ini tegas kok, anak yang kayak gitu biasanya di keluarin dari sekolah.’ Hibur bu Kokom. ‘Biar ibu laporkan ini ke kepala sekolah! Ini sudah keterlaluan!’ Lanjutnya kesal.
‘Jangan bu!’ Larang Henry.
‘Tenang aja Henry, dia nggak bakal dikeluarin tapi, dia bakal dipenjara! Ini sudah kriminalitas! Itu sudah pantas buat setan kayak dia yang udah nyiksa kamu 6 tahun berturut-turut!’ Tolak bu Kokom yang sudah berdiri dari kursinya.
‘Jangan bu! Tolong jangan keluarin Fauzi! Saya janji, saya nggak bakal cari masalah sama dia lagi.’ Pinta Henry.

Bu Kokom memandang Henry penuh keheranan. Dia kembali duduk di kursinya dan mancoba menenangkan dirinya. ‘Kenapa kamu nggak mau Fauzi dikeluarkan?’ Tanya bu Kokom.
Henry hanya diam saja.

‘Henry? Yo, Henry? Kamu dengar ibu?’ Tanya bu Kokom keheranan.
Tiba-tiba bel masuk pun berbunyi.
‘Udah masuk nih bu. Henry masuk dulu ya bu. Tenang, Henry nggak akan berurusan dengan Fauzi lagi. Assalamualaikum bu.’ Kata Henry yang bergegas pergi ke kelasnya meninggalkan bu Kokom di ruang BK.

Bu Kokom benar-benar keheranan pada murid barunya ini. Dia berfikir sejenak, “apa yang terjadi pada siswa baruku ini? Perkelahian dan bully yang terjadi selama 6 tahun berturut-turut pastilah akan menjadi trauma sosial bagi dia. Tapi, kenapa dia tidak mau Fauzi dikeluarkan??”


Sepulang sekolah, Henry sedang berdiri di depan gerbang sekolah untuk menunggu Diah. Sejak kejadian di BK itu, dia tidak melihat Diah bahkan kursinya kosong selama jam pelajaran!
“Apa Diah marah padaku gara-gara aku tidak mengikuti nasihatnya?” Pikir Henry cemas.

Sudah cukup lama dia berdiam di sana seperti patung. Banya orang yang melewatinya tapi, dia tidak melihat  Diah, tidak sama sekali. Tiba-tiba Ismail
menghampirinya dan mengajaknya pulang. ‘Kamu lagi ngapain? Pulang bareng yuk!’
‘Nggak ah, aku lagi nungguin si Diah.’ Tolak Henry.
‘Cie, cie. Nungguin Diah..’ Goda Ismail.
‘Bukan gitu, ada hal yang mau aku omongin sama dia.’ Bantah Henry.
‘Oh, mau nembak ya? Cie..’ Goda Ismail.
‘Bukan!’ Bantah Henry kesal.
‘Iya deh, maaf.’ Kata Ismail.
‘Iya deh. Eh, kamu liat si Diah nggak?’ Tanya Henry.
‘Nggak. Aku belum lihat si Diah dari jam istirahat.’ Jawab Ismail. ‘Eh, itu si Nada. Kita tanya aja yuk. Dia kan deket banget sama si Diah.’ Lanjutnya.

Henry dan Ismail pun menghampiri Nada. Henry pun bertanya. ‘Kamu tahu nggak si Diah kemana?’
‘Aku nggak tau. Tasnya aja udah hilang pas selesai istirahat.’ Jawab Nada. ‘Memangnya kenapa?’ Tanya Nada.
‘Aku cuma mau minta maaf.’ Jawab Henry.
‘Minta maaf buat apa?’ Tanya Ismail.
‘Minta maaf gara-gara kamu nggak ngikutin nasihatnya ya?’ Potong Nada.
Henry menganggukan kepalanya.
‘Diah udah nyeritain semuanya ke aku. Dia khawatir dengan semua yang kamu lakuin buat dia.’ Lanjut Nada.
‘Kayaknya dia pulang duluan deh gara-gara dia kesal sama aku.’ Kata Henry sedih.
‘Kayaknya nggak deh. Aku juga nggak liat si Fauzi sama si Hadi dari jam istirahat. Apa mereka nyulik si Diah biar kamu bisa berantem lagi sama mereka?’ Kata Ismail curiga.
‘Lebay ah. Jangan su’udzan Mail.’ Kata Henry.
‘Iya, Mail. Lagipula, mana mungkin si Diah diculik? Dia kan bukan anak kecil.’ Tambah Nada.
Ismail hanya tertawa geli dan berkata. ‘Iya deh, maaf.’

‘Hen, mending kamu minta maaf ke si Diah deh. Ini nomor HPnya.’ Kata Nada memberikan secarik kertas yang tertulis sebuah nomor HP.
‘Buat aku mana?’ Tanya Ismail.
‘Lihat aja di si Henry.’ Jawab Nada.
‘Bukan nomor si Diah.’ Kata Ismail.
‘Nomor siapa?’ Tanya Nada.
‘Nomor kamu.’ Jawab Ismail.
‘Idih. Modus!’ Kata Nada.

Selama mereka berdua bertengkar gara-gara nomor Nada, Henry hanya diam melihat nomor HP diah.

“Haruskah aku meminta maaf padanya sekarang juga? Sepertinya  tidak, aku harus menunggu beberapa saat. Sampai dia tidak gelisah lagi, dan saat itulah aku akan minta maaf.’” Pikirnya.

‘Ya udah deh, makasih ya nada! Aku pulang dulu ya.’ Kata Henry yang sudah berjalan meninggalkan sekolahnya.
Ismail dan Nada pun melambaikan tangannya. dan setelah Henry pergi, mereka kembali bertengkar lagi.


Diah membuka kedua matanya perlahan-lahan. Kepalanya terasa dakit karena tembakan  Hadi itu. Sekitarnya terlihat agak gelap dan bau, terlihat ada 2 orang sedang tertidur bersender pada tembok. Diah berusaha untuk kabur namun sialnya, tangannya sudah diikat dibelakang kursi yang ia duduki.

“Dimana aku?” Pikir Diah kebingungan.

Seseorang terbangun dan melihat Diah sudah terbangun. Dia membangunkan temannya dan mereka berdua mendekati Diah. Diah melihat mereka lebih jelas dan ternyata mereka adalah Fauzi dan Hadi!

‘Udah bangun ya? Mimpi indah nggak?’ Tanya Fauzi.
‘Menurut loe?’ Bentak Diah.
‘Diam lu!’ Bentak Hadi keras.
‘Tenang di. Jangan bentak tamu kita ini.’ Kata Fauzi.

Fauzi mendekatkan wajahnya pada wajah Diah yang terlihat ketakutan setengah mati.
‘Si kampret ini bakal buat si gembel itu datang kesini.’ Kata Fauzi. ‘Kamu punya nomor si gembel itu kan?’ Lanjutnya.
‘Kagak!’ Teriak Diah kesal.
‘Bohong!’ Teriak Fauzi. Dia berdiri dan menyuruh Hadi untuk menggeledah tas Diah yang sudah mereka ambil saat Diah masih tertidur. Hadi membuang segala yang ada di dalam tas Diah sampai dia mendapatkan HP Diah.

‘Periksa kontaknya! Pasti ada nomor si gembel itu. Dia kan pacarnya.’ Perintah Fauzi.
‘Aku bukan pacarnya!’ Teriak Diah.
‘Diam!’ Bentak Fauzi.
Hadi mengutak-atik HP Diah. Setelah sekian lama, dengan kesalnya dia berkata ‘Nggak ada zi.’
‘Bangsat!’ Teriak Fauzi kesal sambil memukul tembok.
‘Kan udah gue bilang, gue nggak punya nomornya bego.’ Ledek Diah.
‘Diam lu!’ Teriak Fauzi. ‘Di, jaga si kampret itu! Gue mau boker dulu.’ Lanjut Fauzi.
‘Kenapa lu ngelakuin ini? Apa salah gue? APA SALAH HENRY?!’ Teriak Diah emosi.

Fauzi hanya cuek dan pergi keluar. Diah mulai menangis dan Hadi hanya duduk bersender disebelah Diah.
‘Hadi, kenapa kamu ikut-ikutan?’ Tanya Diah yang masih menangis.
‘Gue nggak suka kalau ada orang yang lebih pinter dari gue, mending mampusin aja.’ Jawab Hadi ketus.
‘Kenapa kalian nggak bersaing secara sehat aja?’ Usul Diah.
‘Males, mending mampusin aja.’ Kata Hadi dingin.
‘Kalau gitu, kenapa lu nggak mampusin bu Kokom sama bokap-nyokap lu aja? Mereka kan lebih pinter dari lu.’ Sindir Diah ketus.
Hadi hanya terdiam.
‘Menurut gue, lu itu pecundang! Lu lemah! Lu takut sama si Henry kan? Kalau lu mau menang, kalahin Henry pake cara yang adil dong.’ Lanjut Diah.

Hadi hanya terdiam saja mendengarkan ocehan Diah, Hadi tertunduk dalam duduknya. Tiba-tiba Fauzi datang dan mulai menendang tong yang ada didekatanya.
‘Lu kenapa zi?’ Tanya Hadi kaget.
‘Bangsat! Dia udah nggak ada gunanya!’ Teriak Fauzi kesal.


Henry sudah pulang. Dia melihat ibunya sedang duduk di sofa, ibu terlihat sangat kesal. Ibunya menyuruh Henry duduk dengan tegasnya, Henry pun duduk dengan tegang karena takut sesuatu yang buruk akan terjadi padanya.

‘Ibu dapet telepon dari guru kamu. Katanya kamu berantem ya?’ Tanya ibu kesal.
Henry menganggukan kepalanya dengan canggung.
‘Buka baju kamu.’ Suruh ibu tegas.

Henry pun membuka bajunya dan ibunya terlihat terkejut setengah mati pada apa yang ia lihat pada badan anaknya.
‘Astagfirullah! Siapa yang buat kamu kayak gini?!’ Tanya ibu schoked.
‘Fauzi bu.’ Jawab Henry canggung
‘Fauzi?! Berandalan yang suka nyiksa kamu pas SD itu?!’ Tanya ibu.
Henry menganggukan kepalanya.
‘Coba ceritain ke ibu! Kenapa dia udah berani buat kamu kayak gini? Dasar berandalan.’ Suruh ibu.

Henry pun menceritakan semua yang terjadi padanya di hari pertamanya yang kelam ini. Ibu terlihat resah mendengar cerita anaknya ini.
‘Kenapa cuma gara-gara 1 cewek doang kamu sampai nekat begitu hen?’ Tanya ibu khawatir.
‘Dia bukan pacar Henry kok bu. Tapi dia itu satu-satunya yang mengerti Henry bu. Dan Henry nggak rela kalau dia di bully sama si Fauzi.’ Jawab Henry sedih.
‘Kamu pikir kamu siapa? Suaminya?’ Sindir ibu.
‘Henry nggak mau kehilangan teman bu. Apalagi dia cewek, kan cewek nggak pantas disakiti kan bu? Henry harus tetap melindungi dia karena itu sama saja dengan melindungi ibu kan?’ Kata Henry.

Ibu mulai tersenyum dan menganggukan kepalanya pada anaknya. Dia benar-benar bangga pada anaknya ini, walaupun dia sering disakiti hatinya oleh banyak cewek, dia tidak pernah membenci mereka. Bahkan, dia berani mengorbankan dirinya untuk seorang cewek yang belum tentu menyukainya.

‘Ya udah, ibu ngerti kalau kamu benar-benar peduli sama dia. Tapi, pikir-pikir dulu sebelum bertindak ya.’ Kata ibu. ‘Kamu tidur aja dulu, ibu bakal laporin ini ke polisi.’ Lanjutnya kesal.
‘Jangan bu!’ Larang Henry.
‘Kenapa?’ Tanya ibu keheranan.
‘Ibu kan udah bilang, lebih baik membalas api dengan air kan? Henry harus membalas Fauzi dengan menunjukan ke Fauzi kalau Henry ini bisa lebih baik darinya di masa depan nanti. Ibu ingat kan?’ Jelas Henry.

Ibu menghela nafasnya dan berkata. ‘Iya, kamu benar.’ Tiba-tiba nada bicara ibu berubah menjadi lebih tegas dengan air mata yang sudah jatuh dari matanya. ‘Tapi, apa kamu mau begini terus? Kamu mau ditindas terus sama si Fauzi tanpa melawan? Ibu sayang sama kamu hen, ibu nggak mau anak ibu ditindas semena-mena seperti itu.’ Lanjut ibu yang langsung pergi ke kamarnya. Terdengar suara tangisan yang cukup keras, sepertinya ibu sedang menangis di kamarnya. Henry merasa sangat bersalah. Baru kali ini dia membuat ibunya menangis sampai seperti itu.

Henry pun segera memasuki kamarnya. Dia melempar tasnya ke dekat lemarinya dan langsung membaringkan dirinya ke kasurnya. Henry mengambil kertas itu dari saku celananya. Berfikir untuk menghubungi Diah atau tidak, apa Diah baik-baik saja? Hari ini benar-benar berat bagi Henry.
Tanpa pikir panjang lagi, Henry meraih HPnya dan mulai mengetik

“Halo Diah, ini Henry. Maaf ya aku nggak ngedengerin nasihat kamu tadi. Kamu pasti marah sama aku sampai kamu pulang duluan. Maafin aku ya. Please..  ;’(‘”

“Apa dia akan memaafkan aku ya?” Pikir Henry cemas.

Denagn mengucapkan basmalah, Henry mengetik SEND dan berbaring berpasrah diri. Berharap agar Diah mau memaafkan dia.

Sementara itu, Fauzi sedang duduk kesal sambil memainkan HP Diah dan Hadi hanya duduk disebelah Fauzi untuk mengawasi Diah. Diah hanya duduk pasrah
di kursinya, dia lapar, dia haus, dia lelah, dia bingung, dia tidak bisa melakukan apa-apa.

Tiba-tiba HP Diah berdering menandakan ada SMS masuk. Fauzi membacanya dan mulai menampakan senyum “setan”nya lagi. ‘Bagus.’ Kata Fauzi.
‘Bagus apaan zi?’ Tanya Hadi.

Fauzi mendekati Diah dan berkata ‘Ada SMS nih dari pacar lu, mau liat?’
Diah mulai kesal dan terus berteriak meminta Fauzi menunjukan SMS itu.
‘Lu mau ya? Entar lu boleh liat SMS ini pas si gembel udah mampus ya.’ Kata Fauzi.
‘Bangsat! Balikin HP gue!’ Teriak Diah marah.
‘Diam lu. Cerewet!’ Kata Hadi yang langsung menempelkan lakban ke mulut Diah.
‘Kayaknya besok bakal seru nih.’ Kata Fauzi sambil mengetik SMS untuk Henry. ‘Teneng aja, si gembel itu pasti bakal ke sini buat nyelametin elu. Tapi kayaknya besok juga hari terakhir lu ngeliat si gembel itu.’ Lanjut Fauzi.

Fauzi pun tertawa terbahak-bahak. Diah mulai mengeluarkan air matanya. Berharap apa yang telah dikatakan Fauzi merupakan basa-basi semata.

“Kenapa ini terjadi padaku? Henry tolong, jangan kesini. Tolong.” Ucap batin Diah yang sedang menangis tersedu-sedu.

Setelah sekian lama menunggu. Akhirnya Henry mendapat balasan dari Diah juga! Tapi, ekspresinya berubah saat membaca balasannya.

“Halo Black Henry. Pacar lu sekarang ada di tangan gue! Kalau lu mau dia balik lagi, pergi ke gudang sekolah sendirian! Jangan kasih tahu orang lain apalagi polisi! Kita selesain urusan kita besok!”

Henry terlihat sangat marah. Kini kesabarannya sudah habis bagi Fauzi.

“Kamu udah berani main api sekarang ya? Baiklah, lu yang minta. Kali ini gue nggak bakal segan-segan lagi!” Ucap batin Henry marah.

Kali ini Henry benar-benar marah, sangat marah. Dia sudah bersungguh-sungguh untuk melawan Fauzi besok. Ini semua demi teman baiknya yang sangat berharga. Henry pun mebalas.

“Gue terima tantangan lu! Gue bakal mampusin lu dasar berandalan!”


0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerpen Go 4 Blog © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates