Sesampainya Henry dan Diah
di kelas, semua orang yang sudah duduk di bangku mereka masing-masing langsung
menoleh ke arah mereka dan bekata ‘Ciee…’ dengan nada menggoda.
Henry dan Diah
tidak memerdulikannya, mereka langsung berjalan menuju bangku masing-masing.
Henry pun duduk
di kursinya dengan gelisah. Ismail menatap Henry dengan bingung, dia pun
bertanya. ‘Kenapa kamu nggak istirahat di UKS aja? Kondisi kamu belum baik
loh.’
‘Nggak apa-apa kok,
aku baik-baik aja.’ Jawab Henry tenang.
Ismail tidak
percaya pada jawaban Henry. Karena tidak percaya, dia langsung menepuk perut
Henry. Henry langsung menggeram kesakitan.
‘Tuh kan, kamu
masih kesakitan. Udah deh, istirahat aja di UKS.’ Suruh Ismail.
‘Nggak.’ Tolak
Henry. ‘Aku nggak mau tiduran di hari pertamaku disini. Lagipula, cuma badan
aku yang sakit kok. Emang ada yang mau mukul-mukul perut aku kayak kamu?’
Lanjut Henry.
‘Iya juga sih,
emang ada orang yang mau mukul perut kamu? Kayak nggak ada kerjaan amat.’ Kata
Ismail.
‘Benar kan? Udah
deh, santai aja. Nggak akan ada yang curiga kok.’ Kata Henry.
‘Tapi, gimana
sama si Fauzi?’ Tanya Ismail.
‘Who cares? Yang aku mau cuma belajar
kok. Aku nggak peduli kalau Fauzi mau nyiksa aku kayak gimana. Aku cuma mau
belajar bukan berantem.’ Gertak Henry.
‘Iya deh.’ Kata
Ismail pasrah.
Henry melihat
kebelakang. Terlihat Fauzi sedang duduk santai di bangku paling ujung, dia
menatap Henry dengan sinis dilengkapi dengan senyum “setan”nya. Bulu kuduk
Henry mulai berdiri. Ismail melihat Henry yang terlihat ketakutan melihat Fauzi
yang ada di ujung.
‘Kamu masih takut
sama si Fauzi ya?’ Tanya Ismail.
‘Dikit sih.’
Jawab Henry.
Terlihat seorang
anak laki-laki kulit coklat memasuki kelas dengan lesunya. Henry melihat anak
itu dan dia menjadi riang kembali karena anak itu adalah Hadi. Henry pun
menyapanya dengan riang ‘Hei Hadi! Apa kabar? Kita sekelas loh!’
Hadi hanya diam
saja. Dia menatap Henry dengan ketusnya sambil tetap berjalan melewati bangku
Henry dengan ketusnya. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Hadi.
Henry merasa
bingung pada sikap Hadi yang cuek padanya. Dia langsung menepuk pundak Hadi dan
berkata dengan riang ‘Hai Hadi, buru-buru amat sih? Ngobrol dulu yuk! Kan belum
ada guru.’
Hadi menatap Henry
dengan ketusnya. Dia melepaskan tangan Henry dengan kasarnya dan berkata
‘Jangan sok asik lo!’
‘Biasa aja dong!’
Gertak Ismail kesal.
‘Hai Hadi, kok
kamu gitu sih?’ Tanya Bagus yang tiba-tiba sudah berada di belakang Hadi.
Hadi hanya
terdiam.
‘Hei Hadi, kok
diem aja?’ Tanya Henry bingung.
‘Berisik gendut!’
Teriak Hadi sambil memukul perut Henry dengan kerasnya. Jelas Henry merasa
sangat kesakitan sampai dia teriak cukup keras.
Satu kelas
melihat mereka. Henry tertunduk kesakitan sementara Hadi masih diam saja.
‘Heh, amu kenapa
sih? Apa salah Henry?’ Tanya Ismail emosi.
Hadi hanya
terdiam dengan muka ketusnya yang menunjukan tidak ada rasa bersalah. Dia pun
berjalan ke bangku Fauzi dan duduk disebelah Fauzi. Fauzi pun memberi senyum
“setan”nya pada mereka. Ismail yang masih emosi berdiri dari kursinya, berniat
untuk menghajar Hadi namun, Ismail diberhentikan oleh Henry yang menarik rompi
Ismail.
‘Udah mail,
jangan pikirin dia! Aku nggak apa-apa kok.’ Pinta Henry yang masih tertunduk
kesakitan.
Ismail berkata
‘Tapi, dia…’
‘Udah, diemin
aja!’ Potong Henry yang menunjukan wajah kesalnya pada Ismail.
Ismail pun
kembali duduk di kursinya. Ia merasa kasihan pada Henry yang duduk sambil
mengelus-elus perutnya dengan kesakitan. Kalau Henry tidak menghentikan dia tadi,
pasti Hadi dan Fauzi bakal memukul Ismail dan Henry pasti akan mencoba menolong
Ismail sampai Henry harus masuk UKS lagi. Ismail pun bertanya ‘Kamu yakin nggak
mau ke UKS? Kayaknya perut kamu tambah sakit deh gara-gara si Hadi.’
Henry hanya
tersenyum padanya dan berkata ‘Teneng aja, aku nggak apa-apa kok.’
Ismail hanya
menganggukan kepalanya saja. Dia tahu kalau Henry benar-benar kesakitan tapi,
demi sekolah dia rela membiarkan dirinya tidak beristirahat di UKS.
Sementara itu,
Diah hanya duduk dengan kepalanya tertunduk lesu di mejanya. Nada yang duduk
disebelahnya merasa penasaran apa yang terjadi pada Diah di UKS, Nada pun
bertanya ‘Kamu kenapa? Kok murung gitu sih?’
‘Nggak ada
apa-apa kok.’ Jawab Diah acuh.
‘Beneran nih?
Atau ada yang kamu sembunyiin nih?’ Goda Nada.
‘Nyembinyiin
apa?’ Tanya Diah heran.
‘Itulah, si
Henry. Kalian ngapain aja sih duaan di UKS? So sweet
banget kelihatannya.’ Goda Nada.
‘Cuma ngobrol
kok.’ Jawab Diah. ‘Kenapa kamu ninggalin aku sama si Henry?!’ Lanjut Diah
kesal.
‘Ya, aku cuma
ngasih kalian privasi aja, emang nggak boleh?’ Jelas Nada kalem.
‘Aku nggak
pacaran sama si Henry!’ Kata Diah kesal.
‘Masa sih? Kok
deket amat kaya Romeo dan Juliet?’ Goda Nada.
‘Henry cuma temen
aku aja! Nggak lebih.’ Jelas Diah sewot.
‘Masa sih?’ Tanya
Nada.
‘Iya!.’ Jawab
Diah kesal.
Diah lalu
tertunduk ke mejanya kembali. Tiba-tiba Nada kembali bertanya dengan
canggungnya. ‘Jujur, kenapa sih kamu deket banget sama si Henry? Emang apa sih
bagusnya dia? Perasaan ada cowok lain yang lebih ganteng dari dia deh.’
Diah pun
terbangun dari lamunannya dan menjawab dengan canggungnya. ‘Apa aku salah kalau
aku deket sama si Henry?’
Nada hanya
terdiam mendengar jawaban Diah. ‘Nggak juga sih.’ Katanya.
‘Nggak tau kenapa
aku bisa deket sama si Henry, padahal aku baru kenal Henry tapi udah sedekat
ini.’ Kalat Diah.
‘Aneh ya?’ Tanya
Nada.
‘Iya.’ Jawab Diah
pelan.
‘Tapi, jujur deh.
Kamu ada perasaan nggak sih sama si Henry?’ Tanya Nada.
‘Perasaan apa?’
Tanya Diah bingung.
‘Perasaan suka
gitu lah.’ Kata Nada.
Diah pun kembali
menundukan kepalanya ke mejanya dengan canggung. ‘Nggak lah, Kami cuma temenan
kok.’ Jawabnya.
‘Jangan bohong
ah.’ Kata Nada.
‘Siapa yang
bohong?’ Tanya Diah kesal.
Diah pun terdiam
dalam lamunannya. Nada merasa kasihan melihat temannya yang kelihatan sedang
bimbang itu, dia tahu kalau Diah memang suka sama Henry hanya saja Diah malu
mengakuinya.
“Aku tahu kalau
kamu suka sama si Henry, Henry juga kayaknya suka sama kamu. Tapi kenapa kamu
nggak mau mengakui perasaan itu?’ Ucap benak Nada.
Kak Fajar
terlihat sangat panik. Dia berlari sepanjang koridor untuk menemui bu Kokom,
guru yang akan mengajar di kelas Henry. Kak Fajar melihat seorang wanita
berkerudung coklat, berpakaian PNS, dan mengenakan tas gandeng itu hendak masuk
ke kelas Henry.
‘Bu Kokom!’
Teriak kak Fajar sambil berlari ke wanita itu.
Wanita itu
menoleh ke arah Kak Fajar dan berkata ‘Fajar? Kenapa kamu belum masuk? Kamu kan
bukan kelas X lagi kan?’
Kak Fajar sudah
berada di depan bu Kokom. Nafasnya sudah ngos-ngosan. Dengan nafasnya yang
seperti itu, ia berkata. ‘Bu Kokom..’
‘Atur nafas kamu
dulu.’ Suruh bu Kokom.
Fajar mulai
mengatur pernapasannya sampai normal kembali. Ia pun bertanya. ‘Bu, ibu wali
kelas X.1 kan?’
‘Iya, masih.’
Jawab bu Kokom bingung.
‘Ada yang harus
saya kasih tahu bu.’ Kata Kak Fajar.
‘Apa?’ Tanya bu
Kokom penasaran.
‘Tadi pagi, di
kelas ini ada 2 murid ibu yang berantem sampai ada yang kepalanya membiru.’
Jelas kak Fajar.
Bu Kokom pun
terkejut. ‘Astagfirullah! Dimana sekarang anak yang dibully itu? Kamu udah bawa
ke UKS?’ Tanya bu Kokom.
‘Sudah saya rawat
di UKS bu.’ Jawab kak Fajar.
‘Siapa nama anak
yang dibully itu?’ Tanya bu Kokom.
‘Henry bu.
Kepalanya membiru dan hidungnya mimisan gara-gara kepalanya ditendang sama
Fauzi.’ Jelas kak Fajar.
‘Dimana mereka
sekarang?’ Tanya bu Kokom yang terlihat shocked.
‘Fauzi ada di
kelasnya. Sementara Henry, dia kabur dari UKS. Kayaknya dia ada di kelas. Saya
takut Fauzi bakal nge-bully si Henry lagi bu.’ Jelas kak Fajar.
‘Ibu ngerti jar,
makasih infonya ya. Kamu mending ke kelas sekarang ya.’ Kata bu Kokom.
‘Sama-sama bu.
Assalamualaikum.’ Kata kak Fajar yang mencium tangan bu Kokom.
‘Waalaikum
salam.’ Kata bu Kokom.
Kak Fajar pun
berlari kembali ke kelasnya dan bu Kokom langsung memasuki ruang kelas.
Pintupun terbuka
perlahan, Bu Kokom berjalan ke depan kelas dengan perlahan. Dia menghadapkan
dirinya ke depan anak-anak dan menyapa mereka. ‘Assalamualaikum anak-anak.’
‘Waalaikum salam
bu.’ Jawab anak-anak.
Bu Kokom
mengenalkan dirinya dengan lantang. Dia mengambil absensi dari tas gandengnya
dan memanggil 1 anak untuk memperkenalkan dirinya didepan kelas. Setelah sekian
lama, Bu Kokom memanggil Diah untuk kedepan. Diah pun maju kedepan dan menyapa
semuanya dengan lantang ‘Assalamualaikum.’. Semua orang menertawakan Diah
karena suara cemprengnya itu, tak terkecuali bu Kokom yang tertawa geli. Tapi,
hanya Henry yang tidak menertawakannya. Dia malah senyum-senyum saja.
‘Diam!’ Teriak bu
Kokom. ‘Diah, lanjutkan.’ Lanjut bu Kokom.
Kelas pun menjadi
Hening. Tapi, saat Diah melanjutkan
perkenalannya, semuanya terlihat menahan tawa karena mereka sebenarnya
ingin tertawa namun, mereka takut bu Kokom marah lagi. Tapi, Henry tetap saja
senyum-senyum memandang Diah. Saat Diah selesai memperkenalkan diri, semua
orang pun kembali tertawa terbahak-bahak. Diah cuek saja pada mereka yang
menertawakan dirinya sambil terus berjalan ke kursinya.
Henry melihat
Ismail yang masih tertawa terbahak-bahak. ‘Apa yang lucu?’ Tanya Henry.
‘Itu suaranya…
bener-bener deh.’ Jawab Ismail yang masih tertawa.
‘Suaranya?’ Kata
Henry heran.
‘Iya, suara
cemprengnya itu loh. Mau ketawa mulu deh kalau ngedenger suaranya.’ Jawab
Ismail.
‘Iya, suaranya
memang lucu ya? Semua orang pasti bakal ketawa kalau ngedenger suara
cemprengnya si Diah, tapi kok aku nggak ya?’ Tanya Henry.
‘Jelas lah! Kamu
kan pacarnya!’ Sambar Bagus yang ada di belakang mereka berdua.
‘Siapa yang
pacaran sama si Diah?’ Tanya Henry.
Ismail memukul
pundak Henry dan berkarta dengan nada menggoda. ‘Ya kamu lah! Jangan pura-pura
deh, kalian pacaran kan?’
‘Tau dari mana?’
Tanya Henry ketus.
‘Alah, jangan
boong deh! Di UKS tadi kalian ngapain kalau nggak pacaran?’ Goda Ismail.
‘Wah masa?!’
Tanya Bagus tak percaya. ‘Keren kamu hen! Kelas baru, pacar baru!’ Lanjut
Bagus.
‘Kami nggak
pacaran!’ Teriak Henry sewot.
‘Hei kamu!
Ngobrol aja kamu! Maju ke depan!’ Seru bu Kokom yang kesal gara-gara perdebatan
mereka yang cukup berisik.
‘Saya bu?’ Tanya
Henry.
‘Iya kamu.’ Jawab
bu Kokom kesal.
Henry menghela
nafasnya dan langsung berdiri dari kursinya untuk maju ke depan. Bu Kokom
melihat Henry dengan kebingungan .
“Ada apa dengan
plester di pelipisnya? Dan kenapa wajahnya kelihatan sangat pucat? Apa ini
Henry yang dimaksud Fajar tadi?’ Pikir bu Kokom.
‘Siapa nama
kamu?’ Tanya bu Kokom.
‘Henry permana
bu.’ Jawab Henry tegang.
‘Kenapa kamu
pakai plester di pelipis kamu?’ Tanya bu Kokom.
‘Ini bekas
jerawat bu.’ Jawab Henry.
Tiba- tiba bu
Kokom mendekatkan wajahnya ke telinga Henry dan berbisik ‘Tolong temui saya di
ruang BK di jam istirahat ya.’ Henry hanya mengangguk datar. Bu Kokom pun
mempersilahkan Henry untuk kembali duduk ke kursinya.
Hadi hanya duduk
kesal melihat Henry yang memperkenalkan dirinya didepan sana. Dia terlihat
kesal pada apa yang telah terjadi pas MOS kemarin, dia merasa dipermalukan oleh
Henry.
‘Lu kenapa?’
Tanya Fauzi yang duduk di sampingnya.
‘Gue nggak suka
sama si Henry, dia udah mempermalukan gue pas MOS! Kenapa lu nggak mampusin dia
aja sih?!’ Keluh Hadi kesal.
‘Si gembel itu
cuma mainan gue aja. Sayang kalo gue mampusin dia, bisa-bisa gue nggak punya
orang buat ditonjok setiap hari. Tapi, lama-lama gue bosen juga nonjok tuh
gembel’ Jawab Fauzi kalem.
‘Kita mampusin
aja!’ Usul Hadi. ‘Gue nggak suka kalau ada orang yang lebih pinter dari gue!
Bisa-bisa kesempatan gue dapat beasiswa dan kehormatan gue sebagai orang paling
pinter disini bakal ilang lagi.’ Lanjutnya.
‘Oh, jadi si
gembel itu lebih pinter dari elu?’ Tanya Fauzi. Tiaba-tiba raut muka Fauzi
terlihat marah sekali. ‘Berani juga si gembel ini?! Beraninya dia malu-maluin
sepupu gue. Gue bakal kasih hadiah spesial buat nyali besarnya!’ Lanjutnya.
Mereka berdua pun
tertawa kecil karena keputusan terakhir mereka yaitu, MENGHABISI Henry.
Bel istirahat
telah berbunyi, semua murid
berbondong-bondong keluar dari kelas untuk makan-makan di Kantin. Henry sedang
merapihkan buku-bukunya dan tiba-tiba Diah menghampirinya dan berkata dengan
kagumnya. ‘Wih, kamu pintar juga ya? Padahal ini baru hari pertama dan
pelajaran Matematika, tapi kamu udah dapet nilai 100 lagi!’
‘Hehehe.. Makasih
ya, alhamdulillah aku bisa dapet nilai 100 di hari pertama.’ Jawab Henry
malu-malu.
‘Makan yuk!’ Ajak
Diah riang.
‘Maaf, aku nggak
bisa. Bu Kokom nyuruh aku ke BK sekarang.’ Jawab Henry dengan nada menyesal.
‘Kenapa? Apa bu
Kokom mau ajak kamu makan siang di BK gara-gara kamu dapat nilai 100?’ Tanya
Diah.
Henry pun tertawa
dan berkata. ‘Nggak kok, aku juga nggak tau kenapa.’ Jawab Henry kalem.
Perhatian Diah
tiba-tiba tertuju pada plester yang menempel di pelipis Henry. Kalau dilihat
lebih jeli lagi, bisa terlihat bekas luka yang membiru di bawah plester itu.
‘Jangan-jangan
gara-gara itu!’ Seru Diah menunjuk plester yang ada di pelipis Henry.
‘Apa?’ Tanya
Henry agak terkejut.
‘Pelipis kamu
itu! Iya yang di plester itu! Kayaknya bu Kokom udah tahu itu deh, makanya kamu
dipanggil ke BK.’ Jelas Diah khawatir.
‘Masa sih?’ Tanya
Henry datar.
‘Biar aku yang
jelasin ke bu Kokom! Sekalian aku aduin si Fauzi itu, biar dia tau rasa!’ Usul
Diah emosi.
Diah hendak
keluar dengan kesalnya namun, Henry memegang lengan kirinya sehingga Diah tidak
bisa keluar. Diah menoleh ke belakangnya, melihat Henry yang tersenyum padanya.
Diah pun terdiam dan entah mengapa emosinya langsung mereda saat melihat
senyuman Henry itu.
‘Makasih buat
usulnya ya tapi, biar aku aja yang ke BK. Kan aku yang memulainya dan aku harus
bertanggung jawab atas semua ini kan?’ Kata Henry dengan lembutnya. ‘Makasih ya
Diah.’ Lanjutnya.
Henry pun keluar
kelas meninggalkan Diah sendiri. Diah cuma diam di dekat bangku Henry, Diah
masih merasa cemas pada Henry. Entah apa yang terjadi padanya belakangan ini,
dalam waktu singkat saja dia sudah seperti ini, bagaimana nantinya?
Diahpun mengikuti
Henry diam-diam sampai langkahnya terhenti di taman sekolah. Dia mendengar
sebuah suara seseorang yang membuat hatinya resah.
‘Besok, si gembel
itu bakal mampus!’ Kata orang itu.
Suara itu berasal
dari sebuah bangunan kumuh dan cukup kecil yang berada di sebelah Diah.
“Itu kan gudang
sekolah. Ngapain orang itu ada di sana?” Pikir Diah keheranan.
Diah pun
mendekati gudang itu, dan melihat siapa yang ada di dalam gudang itu melalui
jendela depan. Dia melihat Fauzi dan orang yang memukul perut Henry tadi pagi!
Sebenarnya Diah melihat kejadian itu, hanya saja dia tidak tega melihat Henry
yang kesakitan seperti itu. Itulah yang membuat Diah murung tadi pagi selain
pertarungan itu.
‘Terus? Rencana
lu apa?’ Tanya orang itu.
‘Besok pas pulang
sekolah, kita pukul kepala gembel itu pake tongkat besi ini. Terus, kita seret
dan siksa dia disini. Tempat yang pantas buat mampusin gembel itu.’ Jelas Fauzi.
Diah terkejut
pada apa yang telah dikatakan oleh Fauzi tadi.
“Siapa yang dia
maksud “gembel”? Henry kah? Tidak, tidak mungkin! Pasti orang lain.” Pikir Diah
cemas.
‘Sorry ya Fauzi. Gara-gara gue, lu jadi
harus mampusin mainan lu itu.’ Kata orang itu.
‘Santai aja kali,
ini juga kan buat sepupu gue yang cengeng ini.’ Kata Fauzi dengan nada
menghina.
‘Terus? Lu nggak
bakalan punya mainan kayak dia dong. Emang nggak apa-apa?’ Tanya orang itu.
‘Cih, gembel kaya
si Black Henry itu udah nggak rame lagi! Nggak bisa ngelawan, mending gue
mampusin aja kan?! Kayaknya, temennya
lebih rame kalau gue mainin nih? Atau pacarnya aja ya? Udah lama gue nggak
mainin cewek.’ Kata Fauzi.
‘APA?!!’ Teriak
Diah tidak percaya.
Gara-gara
teriakan itu, mereka berdua pun menoleh ke arah jendela dimana Diah sedang
memata-matai mereka . Diah menyadari kalau dia sudah ketahuan, ia pun langsung
berlari secepat mungkin untuk memperingatkan Henry dan Ismail. Fauzi dan orang
itu pun keluar dari gudang dan diam didepan gudang itu, Fauzi terlihat kesal.
‘Hadi, bungkam
dia!’ Perintah Fauzi tegas.
Orang itu
mengambil ketapelnya dan menembakan batu terus menerus ke arah kepala
Diah hingga Diah terjatuh karena kesakitan. Fauzi berjalan mendekati Diah yang
terjatuh kesakitan.
‘Gede juga nyali
lu ya? Lu berani macem-macem ama gue?!’ Tanya Fauzi kesal.
Diah menoleh ke
arah Fauzi yang berdiri dibelakangnya dengan wajah “setan”nya. Dengan penuh
kesakitan yang bercampur emosi, Diah beteriak ‘SETAN!’
Hadi tiba-tiba
menginjak punggung Diah dengan kaki kanannya. Dengan dinginnya dia berkata.
‘Jangan kurang ajar lu! Zi, enaknya diapain nih?’
Tiba-tiba Fajar datang
dan langsung memukul wajah Hadi sampai Hadi terjatuh. Dengan amarahnya dia
berkata. ‘Lu udah berani bikin masalah lagi ya?! Lu maunya apa sih?!’
‘Cerewet.’ Kata
Fauzi. Fauzi langsung memukul perut Fajar dengan tinjunya lalu dengan cepatnya, ia
memukul belakang leher Fajar sampai dia pingsan. Fauzi pun mendekati Hadi yang
sudah terbangun.
‘Sekap senior
bego ini! Gue bakal bawa cewek ini ke gudang. Gue punya rencana bagus.’
Perintah Fauzi.
Hadi pun segera
berdiri dan menyeret Fajar ke tempat
penyekapan. Sementara itu, Fauzi menyeret Diah ke gudang. Diah terlihat schoked melihat apa yang baru saja
terjadi, dia terdiam pasrah dengan air matanya yang membasahi wajahnya. Dia
tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi
pada Henry. Yang jelas, sesuatu yang buruk akan terjadi. Dia hanya berharap
segalanya akan baik-baik saja.
0 komentar:
Posting Komentar