Rabu, 04 Juni 2014

The Ugly Guardian Angel : Kaki Tangan Fauzi

Sesampainya Henry dan Diah di kelas, semua orang yang sudah duduk di bangku mereka masing-masing langsung menoleh ke arah mereka dan bekata ‘Ciee…’ dengan nada menggoda.

Henry dan Diah tidak memerdulikannya, mereka langsung berjalan menuju bangku masing-masing.

Henry pun duduk di kursinya dengan gelisah. Ismail menatap Henry dengan bingung, dia pun bertanya. ‘Kenapa kamu nggak istirahat di UKS aja? Kondisi kamu belum baik loh.’
‘Nggak apa-apa kok, aku baik-baik aja.’ Jawab Henry tenang.
Ismail tidak percaya pada jawaban Henry. Karena tidak percaya, dia langsung menepuk perut Henry. Henry langsung menggeram kesakitan.
‘Tuh kan, kamu masih kesakitan. Udah deh, istirahat aja di UKS.’ Suruh Ismail.
‘Nggak.’ Tolak Henry. ‘Aku nggak mau tiduran di hari pertamaku disini. Lagipula, cuma badan aku yang sakit kok. Emang ada yang mau mukul-mukul perut aku kayak kamu?’ Lanjut Henry.
‘Iya juga sih, emang ada orang yang mau mukul perut kamu? Kayak nggak ada kerjaan amat.’ Kata Ismail.
‘Benar kan? Udah deh, santai aja. Nggak akan ada yang curiga kok.’ Kata Henry.
‘Tapi, gimana sama si Fauzi?’ Tanya Ismail.
Who cares? Yang aku mau cuma belajar kok. Aku nggak peduli kalau Fauzi mau nyiksa aku kayak gimana. Aku cuma mau belajar bukan berantem.’ Gertak Henry.
‘Iya deh.’ Kata Ismail pasrah.

Henry melihat kebelakang. Terlihat Fauzi sedang duduk santai di bangku paling ujung, dia menatap Henry dengan sinis dilengkapi dengan senyum “setan”nya. Bulu kuduk Henry mulai berdiri. Ismail melihat Henry yang terlihat ketakutan melihat Fauzi yang ada di ujung.

‘Kamu masih takut sama si Fauzi ya?’ Tanya Ismail.
‘Dikit sih.’ Jawab Henry.

Terlihat seorang anak laki-laki kulit coklat memasuki kelas dengan lesunya. Henry melihat anak itu dan dia menjadi riang kembali karena anak itu adalah Hadi. Henry pun menyapanya dengan riang ‘Hei Hadi! Apa kabar? Kita sekelas loh!’
Hadi hanya diam saja. Dia menatap Henry dengan ketusnya sambil tetap berjalan melewati bangku Henry dengan ketusnya. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Hadi.

Henry merasa bingung pada sikap Hadi yang cuek padanya. Dia langsung menepuk pundak Hadi dan berkata dengan riang ‘Hai Hadi, buru-buru amat sih? Ngobrol dulu yuk! Kan belum ada guru.’

Hadi menatap Henry dengan ketusnya. Dia melepaskan tangan Henry dengan kasarnya dan berkata ‘Jangan sok asik lo!’
‘Biasa aja dong!’ Gertak Ismail kesal.
‘Hai Hadi, kok kamu gitu sih?’ Tanya Bagus yang tiba-tiba sudah berada di belakang Hadi.
Hadi hanya terdiam.
‘Hei Hadi, kok diem aja?’ Tanya Henry bingung.
‘Berisik gendut!’ Teriak Hadi sambil memukul perut Henry dengan kerasnya. Jelas Henry merasa sangat kesakitan sampai dia teriak cukup keras.
Satu kelas melihat mereka. Henry tertunduk kesakitan sementara Hadi masih diam saja.
‘Heh, amu kenapa sih? Apa salah Henry?’ Tanya Ismail emosi.

Hadi hanya terdiam dengan muka ketusnya yang menunjukan tidak ada rasa bersalah. Dia pun berjalan ke bangku Fauzi dan duduk disebelah Fauzi. Fauzi pun memberi senyum “setan”nya pada mereka. Ismail yang masih emosi berdiri dari kursinya, berniat untuk menghajar Hadi namun, Ismail diberhentikan oleh Henry yang menarik rompi Ismail.
‘Udah mail, jangan pikirin dia! Aku nggak apa-apa kok.’ Pinta Henry yang masih tertunduk kesakitan.
Ismail berkata ‘Tapi, dia…’
‘Udah, diemin aja!’ Potong Henry yang menunjukan wajah kesalnya pada Ismail.

Ismail pun kembali duduk di kursinya. Ia merasa kasihan pada Henry yang duduk sambil mengelus-elus perutnya dengan kesakitan. Kalau Henry tidak menghentikan dia tadi, pasti Hadi dan Fauzi bakal memukul Ismail dan Henry pasti akan mencoba menolong Ismail sampai Henry harus masuk UKS lagi. Ismail pun bertanya ‘Kamu yakin nggak mau ke UKS? Kayaknya perut kamu tambah sakit deh gara-gara si Hadi.’

Henry hanya tersenyum padanya dan berkata ‘Teneng aja, aku nggak apa-apa kok.’
Ismail hanya menganggukan kepalanya saja. Dia tahu kalau Henry benar-benar kesakitan tapi, demi sekolah dia rela membiarkan dirinya tidak beristirahat di UKS.

Sementara itu, Diah hanya duduk dengan kepalanya tertunduk lesu di mejanya. Nada yang duduk disebelahnya merasa penasaran apa yang terjadi pada Diah di UKS, Nada pun bertanya ‘Kamu kenapa? Kok murung gitu sih?’
‘Nggak ada apa-apa kok.’ Jawab Diah acuh.
‘Beneran nih? Atau ada yang kamu sembunyiin nih?’ Goda Nada.
‘Nyembinyiin apa?’ Tanya Diah heran.
‘Itulah, si Henry. Kalian ngapain aja sih duaan di UKS? So sweet banget kelihatannya.’ Goda Nada.
‘Cuma ngobrol kok.’ Jawab Diah. ‘Kenapa kamu ninggalin aku sama si Henry?!’ Lanjut Diah kesal.
‘Ya, aku cuma ngasih kalian privasi aja, emang nggak boleh?’ Jelas Nada kalem.
‘Aku nggak pacaran sama si Henry!’ Kata Diah kesal.
‘Masa sih? Kok deket amat kaya Romeo dan Juliet?’ Goda Nada.
‘Henry cuma temen aku aja! Nggak lebih.’ Jelas Diah sewot.
‘Masa sih?’ Tanya Nada.
‘Iya!.’ Jawab Diah kesal.

Diah lalu tertunduk ke mejanya kembali. Tiba-tiba Nada kembali bertanya dengan canggungnya. ‘Jujur, kenapa sih kamu deket banget sama si Henry? Emang apa sih bagusnya dia? Perasaan ada cowok lain yang lebih ganteng dari dia deh.’
Diah pun terbangun dari lamunannya dan menjawab dengan canggungnya. ‘Apa aku salah kalau aku deket sama si Henry?’

Nada hanya terdiam mendengar jawaban Diah. ‘Nggak juga sih.’ Katanya.
‘Nggak tau kenapa aku bisa deket sama si Henry, padahal aku baru kenal Henry tapi udah sedekat ini.’ Kalat Diah.
‘Aneh ya?’ Tanya Nada.
‘Iya.’ Jawab Diah pelan.
‘Tapi, jujur deh. Kamu ada perasaan nggak sih sama si Henry?’ Tanya Nada.
‘Perasaan apa?’ Tanya Diah bingung.
‘Perasaan suka gitu lah.’ Kata Nada.
Diah pun kembali menundukan kepalanya ke mejanya dengan canggung. ‘Nggak lah, Kami cuma temenan kok.’ Jawabnya.
‘Jangan bohong ah.’ Kata Nada.
‘Siapa yang bohong?’ Tanya Diah kesal.

Diah pun terdiam dalam lamunannya. Nada merasa kasihan melihat temannya yang kelihatan sedang bimbang itu, dia tahu kalau Diah memang suka sama Henry hanya saja Diah malu mengakuinya.

“Aku tahu kalau kamu suka sama si Henry, Henry juga kayaknya suka sama kamu. Tapi kenapa kamu nggak mau mengakui perasaan itu?’ Ucap benak Nada.


Kak Fajar terlihat sangat panik. Dia berlari sepanjang koridor untuk menemui bu Kokom, guru yang akan mengajar di kelas Henry. Kak Fajar melihat seorang wanita berkerudung coklat, berpakaian PNS, dan mengenakan tas gandeng itu hendak masuk ke kelas Henry.
‘Bu Kokom!’ Teriak kak Fajar sambil berlari ke wanita itu.
Wanita itu menoleh ke arah Kak Fajar dan berkata ‘Fajar? Kenapa kamu belum masuk? Kamu kan bukan kelas X lagi kan?’

Kak Fajar sudah berada di depan bu Kokom. Nafasnya sudah ngos-ngosan. Dengan nafasnya yang seperti itu, ia berkata. ‘Bu Kokom..’
‘Atur nafas kamu dulu.’ Suruh bu Kokom.

Fajar mulai mengatur pernapasannya sampai normal kembali. Ia pun bertanya. ‘Bu, ibu wali kelas X.1 kan?’
‘Iya, masih.’ Jawab bu Kokom bingung.
‘Ada yang harus saya kasih tahu bu.’ Kata Kak Fajar.
‘Apa?’ Tanya bu Kokom penasaran.
‘Tadi pagi, di kelas ini ada 2 murid ibu yang berantem sampai ada yang kepalanya membiru.’ Jelas kak Fajar.

Bu Kokom pun terkejut. ‘Astagfirullah! Dimana sekarang anak yang dibully itu? Kamu udah bawa ke UKS?’ Tanya bu Kokom.
‘Sudah saya rawat di UKS bu.’ Jawab kak Fajar.
‘Siapa nama anak yang dibully itu?’ Tanya bu Kokom.
‘Henry bu. Kepalanya membiru dan hidungnya mimisan gara-gara kepalanya ditendang sama Fauzi.’ Jelas kak Fajar.
‘Dimana mereka sekarang?’ Tanya bu Kokom yang terlihat shocked.
‘Fauzi ada di kelasnya. Sementara Henry, dia kabur dari UKS. Kayaknya dia ada di kelas. Saya takut Fauzi bakal nge-bully si Henry lagi bu.’ Jelas kak Fajar.
‘Ibu ngerti jar, makasih infonya ya. Kamu mending ke kelas sekarang ya.’ Kata bu Kokom.
‘Sama-sama bu. Assalamualaikum.’ Kata kak Fajar yang mencium tangan bu Kokom.
‘Waalaikum salam.’ Kata bu Kokom.

Kak Fajar pun berlari kembali ke kelasnya dan bu Kokom langsung memasuki ruang kelas.

Pintupun terbuka perlahan, Bu Kokom berjalan ke depan kelas dengan perlahan. Dia menghadapkan dirinya ke depan anak-anak dan menyapa mereka. ‘Assalamualaikum anak-anak.’
‘Waalaikum salam bu.’ Jawab anak-anak.

Bu Kokom mengenalkan dirinya dengan lantang. Dia mengambil absensi dari tas gandengnya dan memanggil 1 anak untuk memperkenalkan dirinya didepan kelas. Setelah sekian lama, Bu Kokom memanggil Diah untuk kedepan. Diah pun maju kedepan dan menyapa semuanya dengan lantang ‘Assalamualaikum.’. Semua orang menertawakan Diah karena suara cemprengnya itu, tak terkecuali bu Kokom yang tertawa geli. Tapi, hanya Henry yang tidak menertawakannya. Dia malah senyum-senyum saja.

‘Diam!’ Teriak bu Kokom. ‘Diah, lanjutkan.’ Lanjut bu Kokom.

Kelas pun menjadi Hening. Tapi, saat Diah melanjutkan  perkenalannya, semuanya terlihat menahan tawa karena mereka sebenarnya ingin tertawa namun, mereka takut bu Kokom marah lagi. Tapi, Henry tetap saja senyum-senyum memandang Diah. Saat Diah selesai memperkenalkan diri, semua orang pun kembali tertawa terbahak-bahak. Diah cuek saja pada mereka yang menertawakan dirinya sambil terus berjalan ke kursinya.

Henry melihat Ismail yang masih tertawa terbahak-bahak. ‘Apa yang lucu?’ Tanya Henry.
‘Itu suaranya… bener-bener deh.’ Jawab Ismail yang masih tertawa.
‘Suaranya?’ Kata Henry heran.
‘Iya, suara cemprengnya itu loh. Mau ketawa mulu deh kalau ngedenger suaranya.’ Jawab Ismail.
‘Iya, suaranya memang lucu ya? Semua orang pasti bakal ketawa kalau ngedenger suara cemprengnya si Diah, tapi kok aku nggak ya?’ Tanya Henry.
‘Jelas lah! Kamu kan pacarnya!’ Sambar Bagus yang ada di belakang mereka berdua.
‘Siapa yang pacaran sama si Diah?’ Tanya Henry.
Ismail memukul pundak Henry dan berkarta dengan nada menggoda. ‘Ya kamu lah! Jangan pura-pura deh, kalian pacaran kan?’
‘Tau dari mana?’ Tanya Henry ketus.
‘Alah, jangan boong deh! Di UKS tadi kalian ngapain kalau nggak pacaran?’ Goda Ismail.
‘Wah masa?!’ Tanya Bagus tak percaya. ‘Keren kamu hen! Kelas baru, pacar baru!’ Lanjut Bagus.
‘Kami nggak pacaran!’ Teriak Henry sewot.

‘Hei kamu! Ngobrol aja kamu! Maju ke depan!’ Seru bu Kokom yang kesal gara-gara perdebatan mereka yang cukup berisik.
‘Saya bu?’ Tanya Henry.
‘Iya kamu.’ Jawab bu Kokom kesal.

Henry menghela nafasnya dan langsung berdiri dari kursinya untuk maju ke depan. Bu Kokom melihat Henry dengan kebingungan .

“Ada apa dengan plester di pelipisnya? Dan kenapa wajahnya kelihatan sangat pucat? Apa ini Henry yang dimaksud Fajar tadi?’ Pikir bu Kokom.

‘Siapa nama kamu?’ Tanya bu Kokom.
‘Henry permana bu.’ Jawab Henry tegang.
‘Kenapa kamu pakai plester di pelipis kamu?’ Tanya bu Kokom.
‘Ini bekas jerawat bu.’ Jawab Henry.

Tiba- tiba bu Kokom mendekatkan wajahnya ke telinga Henry dan berbisik ‘Tolong temui saya di ruang BK di jam istirahat ya.’ Henry hanya mengangguk datar. Bu Kokom pun mempersilahkan Henry untuk kembali duduk ke kursinya.

Hadi hanya duduk kesal melihat Henry yang memperkenalkan dirinya didepan sana. Dia terlihat kesal pada apa yang telah terjadi pas MOS kemarin, dia merasa dipermalukan oleh Henry.

‘Lu kenapa?’ Tanya Fauzi yang duduk di sampingnya.
‘Gue nggak suka sama si Henry, dia udah mempermalukan gue pas MOS! Kenapa lu nggak mampusin dia aja sih?!’ Keluh Hadi kesal.
‘Si gembel itu cuma mainan gue aja. Sayang kalo gue mampusin dia, bisa-bisa gue nggak punya orang buat ditonjok setiap hari. Tapi, lama-lama gue bosen juga nonjok tuh gembel’ Jawab Fauzi kalem.
‘Kita mampusin aja!’ Usul Hadi. ‘Gue nggak suka kalau ada orang yang lebih pinter dari gue! Bisa-bisa kesempatan gue dapat beasiswa dan kehormatan gue sebagai orang paling pinter disini bakal ilang lagi.’ Lanjutnya.
‘Oh, jadi si gembel itu lebih pinter dari elu?’ Tanya Fauzi. Tiaba-tiba raut muka Fauzi terlihat marah sekali. ‘Berani juga si gembel ini?! Beraninya dia malu-maluin sepupu gue. Gue bakal kasih hadiah spesial buat nyali besarnya!’ Lanjutnya.

Mereka berdua pun tertawa kecil karena keputusan terakhir mereka yaitu, MENGHABISI Henry.


Bel istirahat telah berbunyi, semua  murid berbondong-bondong keluar dari kelas untuk makan-makan di Kantin. Henry sedang merapihkan buku-bukunya dan tiba-tiba Diah menghampirinya dan berkata dengan kagumnya. ‘Wih, kamu pintar juga ya? Padahal ini baru hari pertama dan pelajaran Matematika, tapi kamu udah dapet nilai 100 lagi!’

‘Hehehe.. Makasih ya, alhamdulillah aku bisa dapet nilai 100 di hari pertama.’ Jawab Henry malu-malu.
‘Makan yuk!’ Ajak Diah riang.
‘Maaf, aku nggak bisa. Bu Kokom nyuruh aku ke BK sekarang.’ Jawab Henry dengan nada menyesal.
‘Kenapa? Apa bu Kokom mau ajak kamu makan siang di BK gara-gara kamu dapat nilai 100?’ Tanya Diah.

Henry pun tertawa dan berkata. ‘Nggak kok, aku juga nggak tau kenapa.’ Jawab Henry kalem.

Perhatian Diah tiba-tiba tertuju pada plester yang menempel di pelipis Henry. Kalau dilihat lebih jeli lagi, bisa terlihat bekas luka yang membiru di bawah plester itu.

‘Jangan-jangan gara-gara itu!’ Seru Diah menunjuk plester yang ada di pelipis Henry.
‘Apa?’ Tanya Henry agak terkejut.
‘Pelipis kamu itu! Iya yang di plester itu! Kayaknya bu Kokom udah tahu itu deh, makanya kamu dipanggil ke BK.’ Jelas Diah khawatir.
‘Masa sih?’ Tanya Henry datar.
‘Biar aku yang jelasin ke bu Kokom! Sekalian aku aduin si Fauzi itu, biar dia tau rasa!’ Usul Diah emosi.

Diah hendak keluar dengan kesalnya namun, Henry memegang lengan kirinya sehingga Diah tidak bisa keluar. Diah menoleh ke belakangnya, melihat Henry yang tersenyum padanya. Diah pun terdiam dan entah mengapa emosinya langsung mereda saat melihat senyuman Henry itu.

‘Makasih buat usulnya ya tapi, biar aku aja yang ke BK. Kan aku yang memulainya dan aku harus bertanggung jawab atas semua ini kan?’ Kata Henry dengan lembutnya. ‘Makasih ya Diah.’ Lanjutnya.

Henry pun keluar kelas meninggalkan Diah sendiri. Diah cuma diam di dekat bangku Henry, Diah masih merasa cemas pada Henry. Entah apa yang terjadi padanya belakangan ini, dalam waktu singkat saja dia sudah seperti ini, bagaimana nantinya?

Diahpun mengikuti Henry diam-diam sampai langkahnya terhenti di taman sekolah. Dia mendengar sebuah suara seseorang yang membuat hatinya resah.
‘Besok, si gembel itu bakal mampus!’  Kata orang itu.

Suara itu berasal dari sebuah bangunan kumuh dan cukup kecil yang berada di sebelah Diah.

“Itu kan gudang sekolah. Ngapain orang itu ada di sana?” Pikir Diah keheranan.

Diah pun mendekati gudang itu, dan melihat siapa yang ada di dalam gudang itu melalui jendela depan. Dia melihat Fauzi dan orang yang memukul perut Henry tadi pagi! Sebenarnya Diah melihat kejadian itu, hanya saja dia tidak tega melihat Henry yang kesakitan seperti itu. Itulah yang membuat Diah murung tadi pagi selain pertarungan itu.

‘Terus? Rencana lu apa?’ Tanya orang itu.
‘Besok pas pulang sekolah, kita pukul kepala gembel itu pake tongkat besi ini. Terus, kita seret dan siksa dia disini. Tempat yang pantas buat mampusin gembel itu.’ Jelas Fauzi.
Diah terkejut pada apa yang telah dikatakan oleh Fauzi tadi.
“Siapa yang dia maksud “gembel”? Henry kah? Tidak, tidak mungkin! Pasti orang lain.” Pikir Diah cemas.
Sorry ya Fauzi. Gara-gara gue, lu jadi harus mampusin mainan lu itu.’ Kata orang itu.
‘Santai aja kali, ini juga kan buat sepupu gue yang cengeng ini.’ Kata Fauzi dengan nada menghina.
‘Terus? Lu nggak bakalan punya mainan kayak dia dong. Emang nggak apa-apa?’ Tanya orang itu.
‘Cih, gembel kaya si Black Henry itu udah nggak rame lagi! Nggak bisa ngelawan, mending gue mampusin aja kan?! Kayaknya,  temennya lebih rame kalau gue mainin nih? Atau pacarnya aja ya? Udah lama gue nggak mainin cewek.’ Kata Fauzi.
‘APA?!!’ Teriak Diah tidak percaya.

Gara-gara teriakan itu, mereka berdua pun menoleh ke arah jendela dimana Diah sedang memata-matai mereka . Diah menyadari kalau dia sudah ketahuan, ia pun langsung berlari secepat mungkin untuk memperingatkan Henry dan Ismail. Fauzi dan orang itu pun keluar dari gudang dan diam didepan gudang itu, Fauzi terlihat kesal.

‘Hadi, bungkam dia!’ Perintah Fauzi tegas.

Orang itu mengambil ketapelnya dan menembakan batu terus menerus ke arah kepala Diah hingga Diah terjatuh karena kesakitan. Fauzi berjalan mendekati Diah yang terjatuh kesakitan.

‘Gede juga nyali lu ya? Lu berani macem-macem ama gue?!’ Tanya Fauzi kesal.

Diah menoleh ke arah Fauzi yang berdiri dibelakangnya dengan wajah “setan”nya. Dengan penuh kesakitan yang bercampur emosi, Diah beteriak ‘SETAN!’
Hadi tiba-tiba menginjak punggung Diah dengan kaki kanannya. Dengan dinginnya dia berkata. ‘Jangan kurang ajar lu! Zi, enaknya diapain nih?’

Tiba-tiba Fajar datang dan langsung memukul wajah Hadi sampai Hadi terjatuh. Dengan amarahnya dia berkata. ‘Lu udah berani bikin masalah lagi ya?! Lu maunya apa sih?!’

‘Cerewet.’ Kata Fauzi. Fauzi langsung memukul perut  Fajar dengan tinjunya lalu dengan cepatnya, ia memukul belakang leher Fajar sampai dia pingsan. Fauzi pun mendekati Hadi yang sudah terbangun.

‘Sekap senior bego ini! Gue bakal bawa cewek ini ke gudang. Gue punya rencana bagus.’ Perintah Fauzi.

Hadi pun segera berdiri dan menyeret  Fajar ke tempat penyekapan. Sementara itu, Fauzi menyeret Diah ke gudang. Diah terlihat schoked melihat apa yang baru saja terjadi, dia terdiam pasrah dengan air matanya yang membasahi wajahnya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada Henry. Yang jelas, sesuatu yang buruk akan terjadi. Dia hanya berharap segalanya akan baik-baik saja.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerpen Go 4 Blog © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates