Kamis, 26 Juni 2014

Masuk Kuliah Itu Sulit

0komentar
Gue sudah bertekad.
Gue bakal kuliah!
Uang udah ada dan tinggal daftar.

Tapi, ternyata masuk kuliah itu susah amat, lebih susah daripada daftar di bimbel berakreditasi B(bego). 
Yang membuatnya sulit adalah USM alias ujian saringan masuk. Ternyata perkiraan gue salah. Gue pikir masuk PTS(perguruan tinggi swasta) bakal lebih gampang daripada masuk PTN(perguruan tinggi negri).
Ternyata dugaan gue salah, ternyata perguruan tinggi hanya menginginkan mahasiswa-mahasiswa yang cerdas. Gue pun mulai nggak PD.


Gue pernah ikut USM di suatu universitas yang cukup terkenal di Bandung terutama di gedungnya sendiri. Gue abisin 300 ribu buat daftar doang, itu berarti gue bakal nggak dikasih jajan 1 bulan kalau gue gagal. Dan yang buat gue lebih pusing lagi adalah jenis tesnya ada IPA, IPS, IPS-IPC dan IPA-IPC.

Gue pun pilih IPA-IPC karena gue lulusan kelas IPA tapi bego banget di pelajaran IPA dan matematika. Gue milih sastra inggris di program IPC dan gue pilih informatika di program IPA (secara ngacak itu juga).

Dan yang membuatnya lebih sulit adalah IPA adalah pilihan 1 dan IPC itu pilihan 2 dan itu nggak bisa diganggu gugat. MAMPUS.

Gue pun mikir.
Kalau gue salahin semua pelajaran IPA dan ngerjain soal IPC dengan benar, gue pasti bisa masuk sastra inggris. Gue emang ada bakat di bahasa inggris, gue pun sering pake bahasa inggris di rumah, di sekolah, pas marahin pengemis, nawar dagangan di pasar, dll. Alhasil gue malah dikira orang gila bukannya orang pinter.


Pas harinya dateng. Gue pun duduk di kursi tes dengan tegangnya. 
Gimana kalau gue gagal?
Apa gue bakal diusir?
Atau gue bakal di barter sama beras 3 kilo?!
 Gue pun coba menenangkan diri.

Ujian pun dimulai. Soal pertama adalah soal program IPA, gue udah nggak tau lagi soalnya gue udah lupa sama materinya, yaudah gue jawab asal aja.

Dan ternyata soal IPC itu isinya SOAL IPS. MAMPUS!! Gue malesbanget sama Sejarah, Ekonomi apalgi Geografi.

Dan dengan soal-soal nan sulit bin sialan itu, gue berhasil mengerjakannya dalam waktu 30 menit. Bukan karena gue pinter, gue ngasal. Dan hasilnya gue pasrah aja deh, seengaknya soal bahasa inggris bisa gue kerjain dengan baik.


Setelah keluar dari ruang kelas. Gue liat di kartu peserta gue ternyata ada tes bakat setelah USM.
Gue agak bingung. Tes bakat kayak gimana? pa gue bakal di tes lompati cincin api, atau di tes nyuruh singa duduk atau di tes salto-salto di lapangan gasibu??

Gue coba tanya-tanya ke Dosen dan syukurlah gue nggak usah ikut tes bakat.


2 hari kemudian hasilnya diumumkan. Dan sialnya gue malah keterima di Informatika!
Gue sadar, gue mmang bego di pelajaran IPA tapi gue tolol banget di pelajaran IPS. Mungkin gara-gara itu gue kejeblos.

Gimana ya?
Gimana sama uang jajan gue ya?

Jumat, 13 Juni 2014

The Ugly Guardian Angel : Jangan Menangis Didepanku

0komentar
Henry sedang terbaring pasrah di sebuah ranjang. Sekitarnya gelap, ia hanya melihat lampu yang menyilaukan matanya. ‘Tenang dek, ini tidak akan lama kok.’ Kata seseorang yang memakai baju abu-abu dan bermasker di sampingnya.

Henry hanya terdiam, dia hanya bisa pasrah saja. Dia sempat hendak menghubungi teman-temannya untuk minta maaf namun, dia mengurungkan niatnya karena dia yakin mereka masih marah padanya. Bayang-bayang mimpi itu masih menghantuinya sampai sekarang. Dia hanya bisa berpasrah diri saja.

Dia teringat pada kebodohannya kemarin. Jika saja dia tidak menembak Diah, pasti mereka bertiga sudah ada di ruang tunggu menunggu Henry selesai operasi. Tapi, itu semua sudah terjadi dan tidak berguna jika terus menyalahkan kesalahan di masa lalu.

Henry teringat pada fotonya dengan Diah itu. Diah terlihat sangat bahagia sekali. Henry sangat senang melihat Diah yang ceria seperti itu tapi, sepertinya dia tidak akan melihat itu untuk selamanya.

“Aku harap mimpi itu hanyalah mimpi biasa. Aku masih punya ibu.” Ucap benak Henry.

Orang-orang berpakaian serba abu dan bermaskerpun mengeliling Henry.
‘ade tidur dulu ya.’ Kata salah satu dari mereka sambil membius Henry dan operasi pun dimulai.


Setelah sekian lama, Henry pun terbangun. Dia melihat sekitarnya putih, dia tidak merasakan dingin karena itu bukanlah salju. Tiba-tiba muncullah kabut putih dan ia melihat bayangan seseorang di balik kabut itu. ‘Henry!!’ Panggil orang itu.
Henry mengenal suara itu. Sudah lama ia tidak mendengar suara itu dan mustahil jika orang itu masih hidup. ‘Ayah?’ Kata Henry heran.
‘Kemari nak!’ Suruh orang itu.
‘Ayah!’ Kata Henry terkejut. Dia langsing berlari menghadang kabut itu untuk menemui ayah tercintanya.


Dan benar saja, orang itu adalah anaknya. Wajahnya mirip Henry, tubuhnya tinggi dan ia mengenakan baju serba putih.

‘Ayah?! Apa ini benar-benar ayah?!’ Tanya Henry tidak percaya.
‘Iya nak. Ini ayah.’ Kata orang itu mantap.

Henry memeluk ayahnya dengan erat sambil mengeluarkan air matanya. Ayah melepaskan pelukannya. Ia tersenyum pada anaknya dan bertanya. ‘Apa kabar hen? Apa ibu sehat?’

Henry mengusap air matanya dan menganggukan kepalanya dengan canggung.

‘Ayo ikut ayah.’ Ajak ayah.

Ayahpun berjalan diikuti Henry. Mereka menyusuri padang putih itu bersama-sama. Ditengah perjalanan, Henry bertanya. ‘Ayah, sebenarnya kita dimana?’
‘Ayah juga nggak tau.’ Jawab ayah datar.
‘Terus? Ayah mau ngajak aku kemana?’ Tanya Henry.
‘Ayah mau cari jalan keluar.’ Jawab ayah. ‘Ayah udah liat semuanya. Kamu udah jadi orang yang hebat! Ayah benar-benar bangga hen.’ Lanjut ayah sambil mengusap-usap rambut anaknya.
‘Kok ayah tau?’ Tanya Henry heran.
‘Ayah memang sudah mati, tapi ayah selalu ada di hati kamu.’ Jawab ayah yang tidak sadar sudah keceplosan.

‘Tunggu dulu.’ Kata Henry. ‘Kalau ayah udah mati, berarti aku....’
‘Iya, kamu udah mati nak.’ Kata ayah datar.

Henry pun schoked. Ia pun menangis karena tidak percaya bahwa ia sudah mati. 

‘Nggak mungkin! Apa mimpi itu benar-benar menjadi kenyataan?’ Tanya Henry yang masih menangis.
‘Nggak, Rumah Sakit itu kebakaran akibat radiasi HP di Ruang Operasi.’ Jelas ayah.
‘Ibu gimana? Apa ibu selamat?’ Tanya Henry panik.
‘Alhamdulillah ibu selamat. Tapi, ibu benar-benar schoked.’ Jelas ayah.

Henry menangis makin menjadi-jadi. Ayahnya pun menggenggam pundak putranya dan berkata dengan lembut. ‘Nak, kematian bukanlah hal yang bisa dihindari. Bahkan seorang Dokter seperti ayah juga tidak dapat menghindari kematian. Mengerti?’

Henry menganggukan kepalanya.

‘Ayo ikut ayah! Ada sesuatu yang ingin ayah tunjukan.’ Kata ayah sambil menggendong putranya.

Henry mengiyakan ajakan ayahnya.Setelah sekian lama berjalan, ayah pun menurunkan Henry. ‘Kita sudah sampai.’ Kata ayah.

Henry melihat sebuah gerbang batu berbentuk persegi dengan cahaya didalamnya. ‘Apa ini ayah?’ Tanya Henry.
‘Ini adalah Gerbang Dimensi. Gerbang penghubung dunia nyata dan dunia kita.’ Jelas ayah.
‘Berarti, kita bisa melihat keadaan ibu saat ini.’ Kata Henry.
‘Pintar kamu.’ Puji ayah.
‘Tapi, aku nggak tau udah berapa lama aku tertidur. Jangan-jangan ibu udah berubah jadi nenek-nenek lagi.’ Kata Henry cemas.

Ayah pun tertawa dan berkata. ‘Inilah bagusnya gerbang ini. Kita bisa pergi ke masa kini, masa lalu, bahkan masa depan!’

Henry pun terkagum-kagum pada Gerbang Dimensi ini. ‘Bagaimana cara menggunakannya?’ Tanya Henry.

‘Tutup matamu dan bayangkan waktu dan tempatnya.’ Jawab ayah.
Henry menganggukan kepalanya. Dia dan ayahnya mendekati Gerbang Dimensi. ‘Bayangkan sekarang Henry! Pada hitungan ke-3 kita akan masuk bersama-sama!’ Jelas ayah memegang pundak putranya.

Henry mengiyakan instruksi dari ayahnya. Dia menutup matanya, membayangkan tempat dan waktunya. Ayahnya  menghitung sampai 3 dan mereka berdua pun memasuki Gerbang Dimensi.


Mereka berdua tiba di Ruang Operasi. ‘Ini kan Ruang Operasi. Kenapa kamu mau ke sini?’ Tanya ayah.

‘Aku mau tahu bagaimana aku mati yah.’ Jawab Henry tegang. ‘Lebih baik kita sembunyi, nanti ada yang liat kita lagi.’ Lanjut Henry.

Ayah hanya tertawa lepas dan berkata. ‘Hey, kita ini sudah mati, kita udah jadi ruh. Nggak mungkin ada yang bisa ngeliat kita.’
‘Benar juga ya?’ Kata Henry.
‘Iya. Ingat, kita hanya bisa menonton. Kita tidak bisa melakukan apa-apa selain menonton.’ Jelas ayah.
‘OK.’ Kata Henry.

Mereka melihat para Dokter itu sudah selesai mengoperasi Henry. ‘Dia masih tertidur. Sepertinya efek obat biusnya belum hilang. Biarkan dia tidur dulu.’ Kata salah satu dari mereka.

Mereka pun hendak keluar namun, mereka terhenti karena mereka melihat seseorang dari mereka duduk di sebuah kursi dan dia hendak menelepon.
‘Hai Andre, Jangan nelpon disini! Terlalu berbahaya!’ Cegah seorang Dokter yang bertubuh tinggi.

‘Alah, tenang aja Jaja. Aku udah tau itu, tenang aja, semuanya aman terkendali.’ Kata Andre santai.
‘Iya deh. Tapi kamu yang tanggung jawab kalau ada apa-apa.’ Kata Jaja meninggalkan Ruang Operasi dengan yang lainnya.

Andre tidak peduli pada ancaman Jaja. Dia asyik menelepon pacarnya  dengan asiknya, dia tidak sadar bahwa radiasi dari HPnya akan membahayakan pasiennya. Sekian lama dia asyik menelepon, tiba-tiba mesin pemeriksa tekanan Jantung mengeluarkan percikan api akibat radiasi dari HP Andre.
Percikan api itu mengenai kabel listrik dan terjadilah krbakaran. Andre terkejut setengah mati. Api itu menyebar kemana-mana sampai seluruh ruangan terbakar. Andre pun melarikan diri dan meninggalkan Henry yang tertidur di kasurnya sendirian dikelilingi api yang siap membakar dirinya.

Melihat itu, Henry hendak berlari namun tangannya di pegang oleh ayahnya. 

‘Kamu mau ngapain?’ Tanya ayah. ’ Kamu nggak bisa ngeakuin apa-apa.’ Lanjut ayah.
‘Ibu yah, ibu!.’ Kata Henry panik.

Ayah pun membentuk dirinya dan putranya menjadi gumpalan asap biru dan mereka terbang dengan cepat untuk melihat ibu. Ayah dan Henry kembali ke bentuk semula dan mereka sudah berada di Ruang Tunggu. ‘Tadi itu apa?’ Tanya Henry terkejut.

‘Kabut gaib. Saat kamu ada di dunia nyata, kamu bisa berubah seperti itu dan terbang lebih cepat daripada Pesawat Jet.’ Jelas ayah.
‘Gimana caranya?’ Tanya Henry.
‘Nanti ayah kasih tahu. Sekarang coba lihat ibu.’ Suruh ayah.

Henry melihat ibunya menangis histeris. Ia dibawa para suster untuk keluar tapi ibu tetap berusaha melawan. ‘Tunggu sus, anak saya ada disana!’ Teriak ibu histeris.

‘Apinya terlalu besar bu! Ibu harus segera keluar dari sini!’ Teriak salah satu suster itu.
‘Biar saya bawa anak saya sus. Cuma dia yang saya punya!’ Teriak ibu.

Suster-suster itu membawa ibu lebih kuat lagi sehingga ibu tidak bisa melawan lagi. Ibu tetap menangis, ia terus menerus meneriaki nama anak semata wayangnya itu.

Henry pun menangis melihat ibunya menangis seperti itu.

‘Hidup memang kejam nak. Salah satunya adalah kematian, ia lah yang tega memisahkan kita dengan orang yang kita sayangi.’ Kata ayah. Ayah pun memeluk putranya dengan hangat. ‘Tapi, kita tetap menjaga mereka selamanya.’ Hibur ayah. 
‘Hei, kamu mau liat apa yang terjadi di terjadi di masa kini?’ Ajak ayah.
Henry mengusap air matanya dan bertanya. ‘Maksud ayah?’

‘Kita pergi ke masa yang terjadi sekarang. Jangan pikir kita sudah membuang-buang waktu, disaat seseorang yang mati pergi ke masa lalu atau masa depan, maka masa kini akan membeku sampai dia kembali ke alamnya atau ke masa kini itu sendiri.’ Jelas ayah. ‘Mangerti?’ Tanya ayah.

‘Iya, bawa aku kesana yah.’ Jawab Henry.

Ayah mengetuk dinding dan terbentuklah sebuah pusaran cahaya sebesar tubuh mereka berdua. ‘Masuklah ke portal ini.’ Suruh ayah.
Mereka pun masuk ke portal itu bersama-sama.


Mereka berdua tiba di depan rumah mereka. Henry memandangi rumahnya dengan sedih. ‘Home sweet home, sayang sekali kita tidak bisa bersama lagi seperti 12 tahun yang lalu ya?’ Tanya ayah.
Henry hanya menganggukan kepalanya dengan canggung.

‘Hei? Siapa itu?’ Tanya ayah menoleh ke kanan.

Henry menoleh ke kanan. Pandangannya berubah total melihat Diah, Ismail dan Nada yang sedang berjalan menuju rumahnya.

’Sepertinya mereka mau melayat. Padahal udah sore, apa mereka nggak telat ya?’ Tanya ayah keheranan.

Mereka bertiga mengetuk pintu dan ibu mebukakannya dan mempersilahkan mereka masuk. Henry pun mengajak ayahnya untuk masuk juga.
Ibu memberi mereka masing-masing secangkir teh di ruang tamu. Henry dan ayahnya berdiri di depan pintu dengan tegangnya terutama Henry.

‘Tante, maaf, kami hanya bisa membawa ini saja.’ Kata Ismail sambil memberi buah-buahan pada ibu.
‘Terima kasih.’ Kata ibu datar.
‘Tante pasti kesepian ya?’ tanya Nada.

Ibu mulai mengeluarkan air matanya. ‘Sangat, tanpa Henry, tante udah nggak tau mau ngapain lagi. Apalagi membayangkan mayat Henry yang benar-benar terbakar seperti…….’ Kata ibu menangis.

‘Tante, kami juga merasa kehilangan. Kami mengerti perasaan tante.’ Kata Ismail berusaha menenangkan.

Ibu pun mengusap air matanya. ‘Diah? Kok kamu diam aja?’ Hibur ibu pada Diah yang dari tadi terlihat sedih.

Diah hanya terdiam sambil mengeluarkan air matanya.

‘Ayah? Apa aku bisa membaca pikikran?’ Tanya Henry.

Ayah menganggukan kepalanya dan berkata. ‘Acungkan telunjukmu ke arah orang itu.’

Henry mengikuti instruksi ayahnya dan ia melihat momen-momen indahnya bersama Diah. Saat mereka bertemu, kejadian di rooftop, saat Henry mengusap air mata Diah, saat di UKS, saat Henry menyelamatkan Diah dari Fauzi, saat malam tahun baru, saat hujan-hujanan dan saat Henry menyatakan perasaannya pada Diah. 

“Bodoh sekali aku! Beraninya aku menyakiti hatinya sebelum ajalnya, dasar bodoh!’ Ucap batin Diah.

Henry merasa sedih melihat hal-hal indah itu. Dia dapat merasakan betapa sakitnya hati Diah menerima ini semua.

‘Saya benar-benar kehilangan tante.’ Kata Diah menangis.
‘Hei, bukan kamu aja yang merasa kehilangan. Kita juga kehilangan tau.’ Kata Ismail.

Ibu mulai tertawa. ‘Tante ingat. Dulu, Henry selalu cerita tentang kamu. Sebenarnya dia benar-benar suka sama kamu tapi sayangnya, dia tidak sempat mengatakannya langsung.’ Kata ibu.

Diah tertunduk lesu.

Henry menatap Diah dengan sedih. Seandainya saja dia bisa melakukan sesuatu. ‘Ayah, apa aku bisa menampakan diri?’ Tanya Henry.
‘Bisa sih, tapi cuma ke 1 orang saja.’ Kata ayah.
‘Itu cukup. Tolong beritahu aku yah.’ Kata Henry.

Ayah pun membisikan caranya pada Henry.

‘Tolong sering-sering main kesini ya. Tante senang banget kalau kalian bertiga ada disini. Seolah-olah tante melihat Henry ada diantara kalian.’ Kata ibu yang berlinangan air mata.

“Aku memang disini bu.” Pikir Henry.

‘Iya tante. Kami bakal sering-sering main kesini kok.’ Hibur Ismail.
‘Udah sore nih. Ntar keburu gelap loh.’ Kata ibu.

Mereka bertiga pun berpamitan pada ibu dan mereka pun kelujar diikuti Henry dan ayahnya.


Matahari hampir tenggelam. Mereka bertiga sedang berdiri di depan rumah Henry.

‘Diah, kenapa kamu diam aja tadi?’ Tanya Ismail.

Diah hanya terdiam membisu.

‘Aku mau jujur Diah, acara kejutan ulang tahun itu adalah rencana Henry bukan rencana Nada. Dia ingin kamu tersenyum padanya sebelum kematiannya.’ Jelas Ismail. Diah masih diam. ‘Ya udah, duluan ya.’ Lanjut Ismail.

Diah hanya menganggukan kepalanya. Ismail dan Nada pergi meninggalkan Diah sendirian. Diah mengeluarkan air matanya dan mulai menangis. Akhirnya ia tahu seberapa besar cinta Henry pada dirinya.

Tiba-tiba dia berhenti menangis karena ia mendengar suara yang selalu membuatnya  sedih. 

‘Jangan menangis didepanku Diah.’ Bunyi suara itu.

Suara itu berasal dari belakangnya dan ia menoleh kebelakang. Dia terkejut melihat Henry berdiri sambil tersenyum didepannya, dia mengenakan pakaian serba putih bagaikan seorang Malaikat.

‘Henry? Apa itu kamu?’ Tanya Diah tak percaya.
‘Iya, tolong, hapus dulu air matamu.’ Kata Henry lembut.

Diah mengusap air matanya. Diah pun berkata. ‘Bukannya kamu udah meninggal? Bagaimana kamu bisa ada di sini kamu kan…’

‘Aku memang udah mati tapi, aku akan selalu hidup di hati kamu.’ Kata Henry santai.

Diah mulai tersenyum dan begitupula Henry. Henry mengulurkan tangannya dan berkata dengan lembut. ‘Aku sayang kamu.’

Diah mengulurkan tangannya, mencoba menggenggam tangan Henry. Tapi dia tidak merasa menggenggam tangan manusia dia hanya merasakan dingin di tangannya. 

‘Aku juga sayang kamu.’ Kata Diah.

Mereka pun tersenyum satu sama lain. Henry melihat ibu Diah sedang berdiri di dekat tiang listrik dibelakang Diah. Dia tersenyum kepada Henry dan mengacungkan jempol padanya.

Ayahnya yang berada di belakang Henry hanya tersenyum pada anaknya. Dia mengulurkan tangan kananya dan menjentikan jarinya. Datanglah portal cahaya di atas ayah dan Henry. Portal itu menyerap ayah bagaikan debu yang dihisap oleh vaccum cleaner dan itu juga terjadi pada Henry.

Mulanya, tangan Henry mengikis menjadi pasir putih dan pasir itu naik ke angkasa. Henry melihat ada portal cahaya di depannya. 

“Ayah, kok harus pulang sih?” Keluh benak Henry.

‘Henry?! Ada apa ini?!’ Tanya Diah terkejut.

Henry hanya tersenyum padanya dan berkata. ‘Selamat tinggal Diah.’

‘Jangan pergi! Masih banyak hal yang mau aku tanyakan!’ Kata Diah panik.
‘Suatu saat nanti, kita akan bertemu. Because, I am your guardian angel.’ Kata Henry lembut.

Tubuhnya pun mengikis dan tinggal wajahnya yang belum terkikis. Dia sempat berkata ‘I love you.’ pada Diah. Lalu, lenyaplah Henry.

Matahari telah terbenam. Diah memandang angkasa dengan sedih. ‘I love you too.’ Kata Diah berlinangan air mata.

Diah pun berjalan pulang sambil menangis di tengah kegelapan malam. Dia teringat Henry yang selalu tersenyum hangat didepannya dan selalu mengusap air mata Diah yang jatuh membasahi air matanya yang jatuh dengan lembut. Dan kini, dia harus mengusap air matanya sendiri.

“BODOHNYA AKU!!” Teriak batin Diah sedih menyesali apa yang telah ia perbuat pada Henry sebelum kematiannya.
                    SELESAI                 


Kamis, 12 Juni 2014

The Ugly Guardian Angel : Satu Kata Yang Tak Sempat Diucapkan

0komentar
Diah sedang menangis tersedu-sedu di teras sekolah. Ismail dan Nada berada di belakang Diah untuk menenangkannya. ‘Udah Diah, kamu nggak usah nangis.’ Kata Nada lembut.

‘Dia bener-bener nggak punya perasaan! Baru aja aku ngerasa baikan dia udah berani nembak aku. Bego banget dia!’ Kata Diah marah sambil tetap menangis.
‘Iya Diah, kami ngerti. Tapi, tolong berhenti menangis, malu diliatin orang-orang.’ Kata Nada sambil memeluk Diah.

Diah menghapus air matanya dan berkata dengan kesalnya. ‘Jangan-jangan ini modusnya si Henry lagi.’

‘Bukan, sebenarnya kejutan itu rencananya si Nada. Tapi, aku nggak tau kenapa si Henry tiba-tiba kayak gitu.’ Jawab Ismail.
‘Boong!’ Kata Diah jutek.
‘Beneran Diah.’ Kata Nada.
‘Ternyata si Henry itu belagu ya? Katanya dia nggak mau pacaran tapi, kenapa dia malah nembak aku? Aku bener-bener benci sama dia!’ Kata Diah jutek.
‘Kalau kamu benci sama dia, kenapa kamu masih meluk boneka itu?’ Tanya Ismail yang menunjuk pada boneka yang dipegang Diah.

Diah hanya diam, dia langsung pulang tanpa mengucapkan apa-apa pada mereka berdua.

‘Si Diah kenapa sih?’ Tanya Ismail.
‘Dia lagi galau kayaknya.’ Kata Nada.
‘Galau? Kenapa dia galau? Padahal dia yang nolak si Henry kan?’ Tanya Ismail penasaran.
‘Nanti juga kamu tahu deh.’ Kata Nada. ‘Mana Henry?’ Tanya Nada.
‘Jangan pikirin dia deh, kita pulang aja yuk.’ Ajak Ismail.

‘Iya deh.’ Kata Nada.

Ismail pun mengendarai sepeda motornya dengan santai, Nada duduk di belakangnya. Dia masih terpikir mengenai 2 sahabatnya yang terpisah akibat cinta.

“Henry, seharusnya kamu nggak usah nembak si Diah. Dasar bodoh.” Ucap benak Ismail.


Setelah beberapa menit berlalu, Henry pun memberanikan dirinya untuk keluar dari kantin. Sekolah terlihat sepi, semua sudah pulang termasuk ketiga sahabatnya itu. Biasanya ketiga sahabatnya sering menunggu Henry di pos satpam untuk pulang bersama-sama namun, kali ini Henry harus pulang sendiri.

Henry pun berjalan meninggalkan sekolah menuju rumahnya. Dia terus saja berjalan dengan kepala tertunduk karena penyesalannya pada apa yang ia lakukan pada Diah, dia bukan hanya kehilangan cintanya namun sahabatnya juga. Dia berhenti sejenak dan duduk di trotoar jalan sambil meraih Hpnya, ia mencoba menelepon Diah tapi tidak ada jawaban,  Ismail dan Nadapun tidak menjawab teleponnya. Henry menyimpan Hpnya kembali dan mulai berjalan lagi.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Henry. Henry menengok kepalanya ke orang itu dan ia terkejut pada gadis yang berada di belakangnya. ‘Cindy? Apa itu kamu.’ Tanya Henry tak percaya.

‘Halo Henry, apa kabar?’ Kata gadis itu.
‘Kamu Cindy kan?’ Tanya Henry lagi.
‘Iya.’ Kata gadis itu sambil memberi senyumannya pada Henry.

Henry terdiam, dia teringat kembali pada kejadian memalukannya dengan Cindy.  Henry merasa canggung untuk berbicara dengan Cindy, cewek yang mempermalukan dia saat SMP.

‘Henry? Kamu baik-baik aja kan?’ Tanya Cindy.
‘I,iya aku baik-baik aja.’ Jawab Henry ketakutan.
‘Tenang, aku nggak akan jahatin kamu kok.’  Kata Cindy
Henry hanya terdiam.

Cindy pun mengajak Henry untuk mengobrol di taman yang ada di seberang jalan, mereka duduk di bangku taman yang terlihat sudah tua. Mereka 
mengobrol sambil ngemil keripik kentang yang mereka beli di warung yang tidak jauh dari taman itu.

‘Nggak kerasa ya hen?’ Kata Cindy membuka pembicaraan.
‘Apanya?’ Tanya Henry.
‘Iya, perasaan kemarin kita masih sekelas eh, sekarang udah terpisah ya?’ Jawab Cindy santai.

Henry menganggukan kepalanya sambil tertawa kecil.

‘Kamu kok nggak ada pas reunian minggu lalu?’ Tanya Cindy.
‘Aku nggak tau.’ Jawab Henry datar.
‘Jangan bohong! Semuanya udah dikirimin undangannya, pasti kamu dapat kan?’ Tanya Cindy kesal.

Henry hanya terdiam.

‘Hen, kenapa kamu nggak datang? Apa kamu masih kesal dengan masalah itu?’ Tanya Cindy.

Henry menganggukan kepalanya.

‘Hen, kamu harus lupain itu dong. Toh aku sekarang nggak jahat sama kamu kan?’ Kata Cindy.
‘Buat apa? Aku nggak mau dijadiin mainan sama orang-orang itu.’ Jawab Henry jutek.
Cindy pun menghela nafasnya dan bertanya ‘Kamu mau nggak maafin semuanya?’
Henry masih diam. ‘Kamu tau nggak? Jika kita bisa menyayangi hal yang kita benci maka kita akan bisa mencintai hal yang kita sayangi.’ Jelas Cindy.

Henry pun mulai mengadahkan kepalanya dan memikirkan apa yang baru saja Cindy katakan. Memang, tidak ada gunanya untuk membenci hal yang sudah terjadi karena kita tidak bisa mengubahnya. Henry pun sudah berubah dari seorang penyendiri menjadi seseorang yang terbuka. Dan kini, Henry sudah berubah. ‘Iya, makasih ya Cindy.’ Kata Henry yang sudah ceria lagi.
‘Sama-sama.’ Kata Cindy riang.

‘Tapi bukan hanya itu yang mengganggu pikiranku.’ Kata Henry.
‘Apa itu hen?’ Tanya Cindy.
‘Nggak ah, ceritanya panjang.’ Tolak Henry.
‘Ayolah.’ Pinta Cindy.
‘OK deh.’ Kata Henry. 
Henry menceritakan ceritanya mengenai dia dan Diah, dari kenapa dia menyukai Diah sampai kejadian tadi siang.
Cindy menganggukan kepalanya. ‘Tenang hen, Diah pasti bakal maafin kamu.’ Hibur Cindy.

‘Tau darimana?’ Tanya Henry.
‘Emosi dia mungkin masih nggak stabil gara-gara ibunya meninggal, nanti juga dia bakal baikan sama kamu dan kalian bisa pacaran.’ Jawab Cindy.
‘Kamu yakin?’ Tanya Henry.
‘Tenang aja hen, kalian kan udah akrab banget kan? Dan kalian sering banget berduaan, tinggal tunggu waktunya aja hen.’ Jawab Cindy.

Henrypun mulai tersenyum.

‘Hen, maaf ya, aku harus pulang.’ Kata Cindy sambil melihat jam tangannya.
‘OK, makasih ya sarannya.’ Kata Henry.
‘Sama-sama, Diah pasti bakal balik ke kamu kok, aku yakin.’ Kata Cindy sambil berlari pulang.

Henry hanya duduk santai di bangku itu sambil tersenyum. 

“Tapi kamu nggak tau apa alasan aku nembak dia langsung, bukan karena aku nggak tahan, tapi karena besok aku akan dioperasi.” Ucap benak Henry. 

Henry mulai menangis, dia masih teringat dengan mimpi itu, apakah dia akan selamat? Henrypun menghapus air matanya dan kembali berjalan ke rumahnya.


Sesampainya di rumah. Henry terlihat sangat sedih, ibu langsung menghampirinya dan bertanya dengan lembut. ‘Kamu kenapa hen?’
‘Besok harinya ya bu?’ Tanya Henry canggung.
Ibu hanya menganggukan dengan canggung.
‘Ibu, gimana kalau besok Henry mati?’ Tanya Henry.
‘Maksud kamu apa?’ Tanya ibu.
‘Pas Henry sakit, Henry mimpi lagi di operasi bu. Dan akhirnya, Henry mati gara-gara mal praktek. Tolong jangan nangis kalau Henry beneran mati ya bu.’ Kata Henry datar.

Ibu menampar Henry cukup keras. ‘Kamu nggak boleh ngomong gitu hen! Ingat! Yang tahu kematian kita hanya Allah semata! Istigfar hen!’ Kata ibu keras.

Henry meneteskan air matanya. ‘Iya ibu, Henry cuma takut kehilangan ibu.’ Kata Henry sambil menangis.

Ibu memeluk Henry dengan hangat, air mata ibu juga keluar. ‘Tenang hen, kamu bakal baik-baik aja kok. Ibu yakin.’ Kata ibu lembut.

Henry hanya menganggukan kepalanya.

Ibu melepaskan  pelukannya. Ia mengecup kening putranya dengan hangat. ‘Ibu janji. Setelah operasinya selesai, kita bakal makan Kebab Jumbo ya.’ Kata ibu riang.

Henry kembali ceria lagi. Dia pun menganggukan kepalanya sambil tersenyum nyengir pada ibunya.

‘Makan yuk! Ibu udah beliin nasi goreng kesukaan kamu.’ Ajak ibu sambil menunjuk pada kantong plastik yang ada di atas meja.
‘OK! Henry ambil piring dulu ya!’ Kata Henry riang.

Henry pun langsung membawa kantong itu ke dapur untuk menyediakannya dengan rapi. Ibu tersenyum pada anaknya yang riang itu. 
“Apa mimpinya itu sebuah pertanda? Tidak, tidak mungkin! Itu cuma mimpi. Cuma mimpi.” Pikir ibu.


Diah sedang duduk di kasurnya. Suasana kamarnya gelap dan sunyi. Dia hanya duduk di sana sambil melihat boneka yang didapatkannya dari Henry, entah kenapa ia membawa boneka itu, kenapa ia tidak membuangnya saja? Diahpun tidak tahu apa yang harus ia lakukan pada boneka itu. Diapun teringat pada saat Henry menyatakan perasaannya pada Diah.

Sebenarnya, Diah mau menerimanya dengan senang hati tapi, emosinya masih rapuh karena kesedihannya pada ibunya yang baru meninggal. 

“Henry, aku juga suka sama kamu tapi, kenapa kamu harus nembak aku disaat yang tidak tepat seperti ini?” Ucap batin Diah yang menangis.

Diah sedang berpikir, berpikir pada apa yang akan terjadi pada Henry setelah ini. Apa dia akan cuek atau bahkan benci pada Diah. Dia mengerti kalau perasaan cinta tidak akan bisa disembunyikan selama-lamanya dan akan sangat menyiksa bila terus dipendam.

Dia melihat HPnya yang penuh dengan SMS dari Henry. Dia menghapus semua SMS itu tanpa pengecualian, dia juga menghapus nomor Henry, dia berharap bisa melupakan Henry untuk selamanya. Dia melihat fotonya dengan Henry, dia hanya terdiam memandang foto itu. Dia pun menangis karena dia tidak dapat melupakan semua kenangan manisnya bersama Henry.

Tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing bagi Diah. ‘Diah.’ Bunyi suara itu.
Diah tidak percaya pada apa yang ada didepannya. ITU IBUNYA! ‘Selamat ulang tahun sayang.’ Kata ibunya yang tiba-tiba ada didepan Diah. Ibunya mengenakan pakaian serba putih.

‘Ini beneran ibu?’ Tanya Diah tidak percaya.
‘Iya nak.’ Kata ibunya.
‘Ini pasti mimpi.’ Kata Diah sambil mencoba mencubit pipinya.
‘Percuma kamu nyubit pipi kamu nak. Ini bukan mimpi.’ Kata ibunya.
‘Kenapa ibu ada disini?’ Tanya Diah.
‘Emang ibu nggak boleh ke sini?’ Tanya ibu.
‘Boleh sih. Tapi kok bisa?’ Tanya Diah.
‘Rahasia dong.’ Kata ibunya. ‘Kamu kenapa nak? Kok sedih amat sih?’ Tanyanya.
‘Masalah Henry bu.’ Kata Diah.
‘Henry? Emang dia kenapa?’ Tanya ibu penasaran.
‘Dia nembak aku bu.’ Kata Diah.
‘Terus?’ Tanya ibu.
‘Aku tolak dia.’ Kata Diah.
‘Kenapa?’ Tanya ibu.
‘Ibu taulah,  perasaan aku baru aja ilang tapi dia malah berani nembak aku. Gimana aku nggak illfeel coba?’ Keluh Diah.

Ibunya mendekati anaknya. Dia duduk disebelah sambil merangkul putrinya dan berkata. ‘Pasti Henry punya alasannya.’

‘Alasan?’ Tanya Diah.
‘Iya alasan. Pasti dia udah ngerasa nyesek gara-gara mendemin perasaannya terus dan dia memutuskan untuk menembak kamu.’ Jelas ibu.
‘Tapi, kenapa harus di hari ulang tahun aku bu? Kenapa nggak dari kemarin-kemarin aja?’ Tanya ibu.
‘Dia sebenarnya mau nembak kamu pas tanggal 6, tapi kamu lagi sedih gara-gara ibu meninggal. Jadi dia coba untuk menembak kamu di hari ulang tahun kamu.’ Jelas ibunya.
‘Kok ibu tahu?’ Kata Diah.
‘Rahasia dong.’ Kata ibunya
‘Gitu ya.’ Kata Diah tertunduk lesu.

Ibu menepuk pundak putrinya dengan perlahan. ‘Henry benar-benar suka sama kamu loh, dia yang bilang sendiri di depan ibu dan dia berjanji dia bakal melindungi kamu sampai kapanpun. Itu yang bikin ibu setuju kalau kamu pacaran sama si Henry.’ Jelas ibu.

Diah masih terdiam.

‘Diah, tolong jujur ke ibu. Apa kamu suka sama si Henry?’ Tanya ibunya.

Diah menganggukan kepalanya.

‘Dan kamu bakal ngebiarin dia pergi?’ Tanya ibunya.
‘Nggak mau.’ Kata Diah.
‘Terus? Apa yang bakal kamu lakuin biar Henry bisa kembali dekat sama kamu?’ Tanya ibu.

Diah hanya terdiam.

‘Minta maaf.’ Kata ibunya.
‘Apa dia bakal maafin aku bu.’ Tanya Diah cemas.
‘Tentu, dia kan sayang banget sama kamu. Dia aja bisa maafin Fauzi yang selalu 
nyiksa dia, kenapa kamu nggak?’ Hibur ibunya.
‘Kenapa ibu tau?’ Tanya Diah.
‘Rahasia dong.’ Kata ibu.

Diah mulai tertawa kecil. ‘Minta maaf aja ya Diah, dia pasti maafin kamu.’ Kata ibunya.

Diah tersenyum pada ibunya. Dia menganggukan kepalanya.

‘Dadah Diah.’ Kata ibu yang tiba-tiba wujudnya mengikis bagaikan pasir yang dihisap.

Diah hanya terdiam. Dia merasa bingung pada apa yang baru terjadi padanya. Diah pun bertekad untuk minta maaf pada Henry besok saja karena ia terlanjur menghapus nomor Henry dan ia malu meminta nomornya pada Nada atau Ismail.


Keesokan harinya. Diah sengaja datang ke sekolah lebih awal seperti Henry. Dia menunggu Henry di kelas tapi, Henry belum datang-datang juga. Setelah sekian lama, Ismail dan Nada pun masuk ke kelas. ‘Ismail! Kamu liat si Henry nggak?’ Tanya Diah yang mendekati mereka berdua.

‘Nggak, emang kenapa? Kamu mau nampar dia lagi?’ Tanya Ismail.
‘Nggak, aku mau minta maaf.’ Kata Diah.
‘Minta maaf? Buat apa?’ Tanya Nada. ‘Itu memang salah si Henry, kamu nggak perlu minta maaf malah dia yang harus minta maaf’ Tambah Nada.
‘Itu salah aku. Aku yang nggak bisa ngendaliin emosi aku sendiri. Aku juga suka sama si Henry.’ Kata Diah.
‘Aku menang, kamu yang traktir bakso ya.’ Kata Ismail sambil menepuk pundak Nada.
‘Iya deh.’ Kata Nada bete.
‘Emang kalian taruhan apa?’ Tanya Diah.
‘Bukan apa-apa. Mending kita ngobrol-ngobrol dulu sambil nunggu Henry ya.’ Kata Nada salah tingkah.

Mereka bertiga pun duduk di bangku Diah. Mereka asyik mengobrol sambil menunggu Henry datang tapi, Henry belum datang juga.

Jam sudah menunjukan jam 10 dan Henry belum masuk. Diah merasa bersalah, jangan-jangan Henry pindah dari sekolah karena ditolak Diah. 
Kelas benar-benar sunyi. Tiba-tiba speaker kelas berbunyi, terdengar suara bu Eli dari sana yang membawa kabar duka.

Diah sangat schoked mendengar kabar itu, dia tidak sempat memperbaikinya dan dia benar-benar kehilangan. Bukan hanya Diah, Ismail dan Nada pun merasakan hal yang sama tapi tidak seberat Diah.


Berita dukanya adalah, Henry telah meninggal akibat kebakaran di Rumah Sakit....
 

Cerpen Go 4 Blog © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates