‘Lu punya nyali juga ya?
Emang lu yakin bisa ngalahin gue? Adanya juga, lu yang mampus.’ Sindir Fauzi
dengan angkuhnya.
‘Jangan banyak
bacot lu! Dimana Diah?!!’ Teriak Henry marah.
‘Lu dua cerewet
amat sih. Pacar lu ada di dalam dasar bego.’ Jawab Fauzi.
Henry melirik ke
gudang yang sudah terbuka lebar itu, ia melihat Diah yang terikat di kursinya
dan Hadi yang sedang duduk santai di sebelah Diah.
‘Henry! Pergi!
Beritahu sekolah aja! Jangan peduliin aku!’ Teriak Diah panik.
‘Berisik.’ Kata
Hadi sambil menampar Diah.
Henry mulai
mengamuk dan langsung menyeruduk Fauzi sampai Fauzi terjatuh, ia berlari
mendekati mereka berdua sambil berteriak ‘HADI!!!’
Tiba-tiba Henry
terjatuh gara-gara Fauzi berhasil memukul kepalanya dengan tongkat besinya.
‘Kalau lu mau
nyelametin dia, lu harus lawan gue dulu.’ Kata Fauzi.
‘Lu maunya apa
sih?!’ Teriak Henry.
Fauzi hanya diam,
memandang Henry dengan angkuhnya.
‘Kita harus bantu
dia!’ Kata Nada cemas.
‘Jangan!’ Cegah
Ismail.
‘Kenapa? Kalau
kita biarin aja, nanti Henry bisa mati!’ Kata Nada kesal.
‘Emang kita bisa
apa? Ada juga kita yang bakal ngerepotin dia. Sabar aja, si Fauzi udah kuat,
cepet lagi, Nggak mungkin kita bisa bantu si Henry.’ Kata Ismail kesal.
‘Terus? Henry
gimana?’ Tanya Nada panik.
‘Henry pasti
bisa, dia nggak bakal nyerah. Aku yakin! Dan saat mereka saling
mengunci lagi, kita langsung selametin si Diah!’ Jelas Ismail.
Nada pun terdiam
dan kembali melihat pertempuran itu.
‘Heh!! Lu denger
gue nggak? Bebasin dia! Dia nggak ada kaitannya sama masalah ini!’ Teriak
Henry.
‘Berisik!’ Kata
Fauzi sambil mengayunkan tongkatnya ke arah Henry yang terbaring di tanah.
Henry pun meraih kedua penggarisnya dan menahan serangan Fauzi lagi dengan cara
yang sama. Henry melucuti tongkat Fauzi sampai tongkatnya jatuh dari tangan
Fauzi. Tiba-tiba Fauzi tertawa terbahak-bahak.
Henry kembali
berdiri dan bertanya dengan sinisnya. ‘Apa
yang lucu?’
‘Gue jadi inget,
kita pernah kayak gini pas SD. Benar-benar masa lalu yang indah ya?’ Jelas
Fauzi.
‘Cuih! Ya, masa
lalu yang menjijikan.’ Sindir Henry.
‘2 lawan 1? Nggak
adil ah, pake 1 dong biar adil.’ Bujuk Fauzi.
‘Iya, tapi
senjata lu lebih keras dari senjata gue. Dasar bego.’ Sindir Henry.
‘Heh! Lu yang
bego.’ Teriak Fauzi marah.
Fauzi pun
mengambil tongkatnya dan mengayunkannya lagi pada Henry dan Henry mengayunkan
penggarisnya pada Fauzi. Dan kedua senjata itu saling bertubrukan. Mereka pun
saling menyerang dan menahan satu sama lain secara terus-terusan.
‘Nada, Sekarang.’
Ajak Ismail.
Mereka berdua pun
berlari ke arah gudang. Henry melihat mereka berdua dan berteriak. ‘Tolong
selamatkan Diah di gudang!’
Ismail pun
mengacungkan jempolnya pada Henry.
‘Bego lu! Lu
pikir si Hadi ada disana buat apa? Dia bakal mampusin temen-temen lu yang nggak
ada gunanya itu!’ Sindir Fauzi.
Henry mulai
mengamuk lagi. Dia melucuti tongkat Fauzi sampai terlempar dari tangannya.
Henry langsung mengayunkan kedua penggarisnya ke arah perut Fauzi dan menendang
badannya sampai jatuh. Henry pun langsung berlari menyusul Ismail dan Nada.
Hadi melihat 2
orang berlari ke arahnya. Dia mengambil ketapelnya dan beberapa kerikil untuk
menghentikan mereka berdua. Hadi mulai membidik ke arah kepala mereka berdua
dan tiba-tiba Diah berkata dengan ketakutan. ‘Hadi, tolong jangan lakukan itu!’
‘Berisik!’ Bentak
Hadi.
Hadipun
melepaskan bidikannya dan kedua kerikilnya kena telak ke kepala Henry yang
berhasil melindungi mereka berdua.
‘Henry…’ Kata
Diah schoked.
Henry terlihat
sangat kelelahan dan kesakitan. Dia melototi Hadi dengan tajam.
‘Sialan lu!’
Bentak Hadi yang tiba-tiba terjatuh kelantai akibat ketakutan pada Henry..
‘Ismail, Nada!
Cepat bawa Diah keluar dari sini! Biar aku yang urus dia.’ Suruh Henry.
Ismail pun
mendekati Diah dan memotong talinya. Dia dan Nada membawa Diah leluar dari
gudang tapi, Fauzi tiba-tiba datang dan siap mengayunkan tongkatnya pada mereka
bertiga. Untungnya Henry berhasil menahan serangan Fauzi dengan kedua
penggarisnya.
‘Pergi!’ Teriak
Henry panik.
Mereka pun pergi
meninggalkan Henry sendirian diserang oleh Fauzi dan Hadi.
‘Tunggu! Henry
masih disana sendirian!’ Kata Nada panik.
‘Lebih baik kita
beritahu bu Eli tentang ini!’ Kata Ismail.
‘Tapi, Henry
bisa…’ Kata Nada.
‘Kamu denger
nggak apa yang dia bilang tadi?! Dia pasti mau kita laporin ini ke bu Eli. Aku
yakin Henry bisa selamat dari Fauzi asalkan kita bisa cepat ke TU!’ Potong
Ismail.
‘OK, Ternyata
bully itu benar-benar mengerikan ya?’ Kata Nada.
‘Iya, aku juga
kasihan sama si Henry. Dia benar-benar sial. Ayo cepat!’ Kata Ismail.
Mereka bertiga
mempercepat lari mereka. Diah hanya diam saja mendengar mereka berdua berdebat
tentang Henry. Air matanya sampai keluar.
“Ini semua
salahku! Ini semua salahku!” Ucap batin Diah.
Nafas Henry mulai
terngah-engah. Dia terpojok oleh Fauzi dan Hadi. Henry mengusap keningnya yang
terkena tembakan Hadi tadi, ternyata tembakan itu benar-benar menyakitkan
sampai-sampai memberi 2 lingkaran biru baru di keningnya.
Henry mulai
kehabisan akal, apakah hidupnya akan terhenti sampai disini? Mati sebagai
korban bully yang tidak berdaya?
‘2 lawan 1? Nggak
adil banget ya? Kenapa nggak lu aja yang maju biar adil?’ Gertak Henry dengan
senyum liciknya.
Fauzi hanya
tertawa terbahak-bahak. Senyum Henry pun sirna dan kembali menjadi datar.
‘Bodo amat! Gue
nggak peduli ama adil atau kagak. Gue cuma mau lu mampus doang, bego!’ Jawab
Fauzi.
‘Apa?!’ Kata
Henry tidak percaya. ‘Hadi? Kenapa kamu ngebantu berandalan ini?’ Lanjut Henry
kebingungan.
Hadi hanya
terdiam.
‘Dasar bego!
Justru dia yang mau lu mampus!’ Kata Fauzi.
‘Apa?! Kurang
ajar! Hadi, salah aku apa sih?!’ Tanya Henry tidak percaya.
Hadi hanya diam.
Dia mulai membidik Henry lagi dan Fauzi pun sudah siap mengayunkan tongkatnya
ke kepala Henry. ‘Sial, gue udah buntu kayaknya?’ Kata Henry sambil mengarahkan
penggarisnya ke arah 2 lawannya.
Henry langsung
menyeruduk Hadi sampai ia jatuh menabrak rak yang ada di belakangnya. Fauzi
langsung mengayunkan tongkat besinya namun, tongkatnya berhasil ditahan dan
dilucuti oleh Henry. Henry langsung mengayunkan penggarisnya ke kepala Fauzi
sampai is jatuh ke lantai.
‘Itu untuk semua
kenangan busuk di neraka itu!’ Teriak Henry.
Fauzi terlihat
melemah. Henry melangkah ke arahnya dengan nafas terengah-engah. Henry terlihat
menang sekarang, wajahnya pun mulai tersenyum. 6 tahun penderitaan di SD
akhirnya terbalas juga, Henry menyatukan kedua penggarisnya menjadi 1 untuk
membuat Fauzi pingsan. Fauzi terlihat kesal dan panik, dia sudah kewalahan
melawan Henry. Tapi, dia mulai tersenyum karena dia melihat Hadi yang sudah
bangun dari pingsannya. Fauzi pun berusaha meraih tongkatnya yang tergeletak
disampingnya.
“Akhirnya aku
menang, aku harus cepat membuat berandalan ini pingsan dan langsung bertemu
Diah, banyak hal yang ingin kukatakan padanya.” Ucap benak Henry.
Henry mulai mengayunkan
kedua penggarisnya ke kepala Fauzi tapi, serangannya digagalkan oleh Hadi yang
berhasil menembak belakang kepala Henry. Henry
mulai kehilangan keseimbangannya, Fauzi menggunakan kesempatan itu untuk
menghantam kepala Henry dengan tongkat besinya sampai Henry terpental ke
dinding. Fauzi mengambil sebatang rokok dari sakunya dan menyalakannya.
Fauzi pun
berjalan ke arah Henry.
Henry terbangun, namun dia hanya duduk bersender pada
dinding. Dia tidak sanggup berdiri lagi karena dia sudah kelelahan, ditambah
lagi kepalanya sudah berdarah sampai menetes ke lantai. Henry hanya bisa pasrah
sekarang. Dia melihat Fauzi yang berjalan padanya dengan senyum “setan”nya
bagaikan malaikat maut yang siap mencabut nyawa Henry. Fauzi memutar-mutar rokoknya
dengan jarinya sambil tertawa kecil.
‘Lu ngerasa
menang ya? Dasar bego! Lu pikir gue selemah itu?!’ Kata Fauzi kesal sambil
menendang badan Henry.
Henry berteriak
kesakitan karena tendangan Fauzi tepat mengenai luka memarnya yang ia dapat
kemarin. Henry menatap wajah Fauzi penuh kebencian, dia tetap saja berani
melototi Fauzi seperti itu. Fauzi mengarahkan rokoknya ke arah Henry.
‘Lu pikir ini
semua bakal berakhir? Memang bener sih.’ Kata Fauzi. ‘Berakhir di neraka!’
Lanjutnya
Ia langsung menyundut rokoknya ke bekas luka Henry yang ada di pipinya.
Henry berteriak kesakitan, dia merasakan rasa sakit yang luar biasa yang sama
sakitnya seperti apa yang ia rasakan sebelumnya di SD. Fauzi hanya tertawa
terbahak-bahak, bahkan dia malah menekan rokoknya lebih dalam lagi.
‘Mampus lo!
Mampus!’ Teriak Fauzi sambil tertawa.
Henry tetap
berteriak. Seolah-olah dia melihat orang-orang yang ia sayangi berputar-putar
di udara. Ada ibu, ayah, Ismail dan Diah. Mereka berempat berputar-putar di
udara dengan cepatnya.
“Benarkah aku
akan mati disini?” Pikir Henry.
Hadi pun berjalan
mendekati Fauzi. Dia tidak percaya dengan apa yang ia lihat kali ini. Dia
memang mau Henry mati, tapi dia malah kasihan pada Henry. Dia juga baru tahu
kalau sepupunya sejahat ini, bahkan lebih dari setan.
‘Fauzi! Stop!’
Teriak Hadi.
Fauzi pun
melepaskan rokoknya dan membuangnya. Henry tertunduk kesakitan, bekas luka di
pipinya yang asalnya hitam, kini berubah menjadi putih bagaikan daging mati.
‘Apa?!’ Tanya
Fauzi kesal.
‘Kita biarin dia
aja deh.’ Jawab Fauzi panik.
‘Hah?! Lu mau
biarin gembel ini idup? Padahal bentar lagi dia mati loh.’ Kata Fauzi bingung.
‘Udah deh, Nggak
ada gunanya kan mampusin dia juga?’ Tanya Hadi panik.
‘Bener juga sih.’
Kata Fauzi.
Hadi pun
tersenyum lega, setidaknya Henry bisa selamat.
‘Tapi, nyiksa dia
lebih bermanfaat buat gue!’ Lanjut Fauzi semangat sambil menendang Henry
terus-terusan tanpa ampun. Hadi terkejut, dia hanya bisa diam tidak tahu mau
ngapain lagi.
Ismail dan yang
lainnya sudah sampai di TU. Bu Eli terkejut melihat Diah bersama mereka, ia
mendekati Diah dan bertanya dengan paniknya. ‘Diah? Darimana saja kamu? Kamu
udah buat semuanya khawatir.’
Diah terlihat
resah dan panik. Dia melihat ada seorang Polisi duduk di bangku yang ada di
sebelahnya, dia pun mendekati polisi itu dan dengan paniknya berkata. ‘Cepat!
Kita harus selametin Henry!’
‘Tenang dulu dek.
Tolong beritahu saya dimana yang lainnya?’ Tanya Polisi itu sopan.
‘Tidak ada waktu
pak! Kita harus selametin Henry sekarang!’ Kata Ismail panik.
‘Diam Ismail!’
Gertak bu Eli. ‘Diah, tolong beritahu apa yang sebenarnya terjadi?’ Tanya bu
Eli.
‘Fauzi! Ini semua
ulah Fauzi! Dia menyekap saya dan semua staff agar Henry bisa datang untuk
menyelamatkan saya! Fauzi berniat untuk membunuh Henry, tolong bu, dia bisa
mati kalau kita terlambat!’ Jelas Diah panik.
‘Iya, saya lihat
sendiri bu! Henry sudah terluka parah sejak kami pergi dari gudang.’ Tambah
Nada.
‘Ayo! Bawa saya
kesana!’ Potong Polisi itu yang sudah berdiri dari kursinya.
Diah terlihat
lega dan ia pun langsung berlari ke gudang diikuti Ismail, Nada dan Polisi itu.
Nafas Henry sudah
terengah-engah, begitu juga Fauzi. Banyak darah Henry yang sudah menetes ke
lantai.
‘Bangsat! Kenapa
lu nggak mampus-mampus sih?!’ Teriak Fauzi kesal.
Fauzi mengambil
tongkat besinya dan bersiap untuk mengayunkannya tepat ke arah Henry. ‘Kayaknya
gue harus pake ini lagi buat mampusin lu!’ Kata Fauzi kesal.
‘Kenapa?’ Ucap
Henry yang tiba-tiba sadar. Henry mengeluarkan air matanya sampai membasahi
darahnya yang mengotori lantai. Dia menunjukan wajahnya pada Fauzi dan
menatapnya dengan pandangan penuh amarah. ‘Apa salahku Fauzi?!’ Teriak Henry
marah.
Fauzi hanya diam
seolah-olah tidak peduli. Hadi masih diam kebingungan sambil memegang
ketapelnya di belakangnya. Diam-diam Hadi melangkah mundur menjauhi Fauzi.
‘Aku berusaha
mengerti kamu! Aku udah nyegah bu Kokom biar kamu nggak dikeluarin dari
sekolah! Aku mau cari teman bukan musuh! Kamu ngerti nggak sih?!!!’ Teriak
Henry sambil menangis.
Fauzi masih diam
dengan angkuhnya.
‘FAUZI!!!’ Teriak
Henry kesal.
‘Oh, so sweetnya. Biar gue mampusin lu
sebagai balasannya ya!’ Kata Fauzi mulai mengayunkan tongkatnya pada Henry.
Henry menutupi matanya, dia bersiap unruk melihat ajalnya yang akan datang.
Tapi, tiba-tiba Fauzi terhenti karena belakang kepalanya terasa ditembak
sesuatu. Fauzi membalikkan badannya dan melihat Hadi yang membidik ketapelnya ke
arah Fauzi. ‘Fauzi! Gue udah nggak peduli lagi! Lepasin dia atau gue yang
mampusin lu!’ Ancam Hadi.
‘Oh, jadi lu mau
coba ngelindungin si gembel ini?’ Tanya Fauzi dengan angkuhnya.
‘Kagak! Gue Cuma
nggak suka sama prilaku lu yang kayak stan itu! Dia udah nyoba segalanya buat
jadi temen lu! Lu punya otak nggak sih?!’ Jelas Hadi marah.
Tanpa segan-segan
lagi, Fauzi langsung berlari ke arah Hadi bersiap untuk menyerangnya dengan
tongkatnya.
‘Hadi! Awas!’
Teriak Henry panik.
Hadi terus
menembak namun, Fauzi tetap berlari juga. Hadi hendak mengambil batu lagi namun
sialnya, Fauzi sudah berada tepat didepannya, bersiap untuk menghantam kepala
Hadi.
“Sial, cepet
banget nih orang.” Ucap benak Hadi terkejut. Dia terlihat panik, tidak disangka
sepupunya sendiri tega menyerang dia.
‘Gue temenan sama
si gembel itu? Jangan mimpi deh!’ Teriak Fauzi sambil menghantam kepala Hadi
sampai Hadi terpelanting ke dinding. Fauzi berlari lagi ke arah Henry sambil
mengangkat tongkatnya bersiap untuk menghantam kepala Henry lebih keras lagi.
‘Mampus lu Henry!’ Teriak Fauzi yang sudah kehilangan kendali.
“Diah, maafkan
aku.” Ucap benak Henry sambil mengeluarkan air matanya lagi, mungkin untuk
terakhir kali.
Tiba-tiba
seseorang memegang tongkat Fauzi sehingga Fauzi tidak dapat mengayunkan
tongkatnya. Henry merasa bingung, dia tidak merasakan suatu hantaman di
kepalanya. Dia pun membuka matanya dan dia terkejut melihat Polisi yang
mengintrogasinya tadi sedang menahan serangan Fauzi dengan cara memegang ujung
tongkat Fauzi dari belakang. ‘Fauzi Septiadi, anda ditahan karena percobaan
pembunuhan dan penculikan.’ Kata Polisi itu.
Fauzi menoleh ke
polisi itu dengan menatapnya dengan angkuh. ‘Oh, lu lagi? Berapa duit yang
harus gue keluarin buat nutup bacot lu?’ Kata Fauzi.
Polisi itu
memukul kepala Fauzi dengan keras dan langsung memborgol kedua tangan Fauzi.
‘Saya nggak butuh uang kamu! Yang saya mau adalah, dimana kamu sekap semua
staff dan Fajar?!’ Kata polisi itu tegas.
‘Toilet guru!’
Potong Hadi yang terbaring di pojok gudang. Dia mengacungkan sebuah kunci
gembok. ‘Toilet itu digembok oleh Fauzi. Ini kuncinya, cepat bebaskan mereka!’
Lanjut Hadi.
Ismail mengambil
kunci itu dan berkata. ‘Pak, biar saya yang bebasin mereka!’
Polisi itu
menganggukan kepalanyadan Ismail pun pergi untuk menyelamatkan para staff dan
Fajar.
‘Kamu bakal
dikurung dalam waktu yang lama.’ Ancam Polisi itu.
‘Gue nggak takut!
Bokap gue pasti bakal ngebebasin gue! Butuh berapa juta sih?’ Hina Fauzi.
‘Siapa yang
bilang kamu bakal dipenjara? Kamu bakal dikurung di Rumah Sakit Jiwa! Dan bapak
kamu nggak akan bisa ngebebasin anak kesayangannya.’ Ledek Polisi itu.
Fauzi hanya
tertawa terbahak-bahak. Polisi itu membopong Fauzi keluar untuk memasukannya ke
dalam mobilnya.
Henry tiba-tiba
terbaring lemas. Diah dan Nada menghampirinya dengan panik, terutama Diah yang schoked melihat Henry yang kepalanya
sudah mengeluarkan darah dan bekas lukanya yang putih bagaikan daging mati.
Henry melihat Diah yang terlihat sedih padanya. Henry hanya tertawa kecil dan
bertanya. ‘Hai Diah, apa kamu baik-baik saja?’
‘Jangan bicara
dulu! Kita bakal bawa kamu ke UKS.’ Kata Diah panik.
Henry pun menahan
tangan Diah dan berkata. ‘Tunggu dulu!’ Diah dan Nada pun terdiam. ‘Maaf. Aku
udah ngelanggar janji itu.’ Kata Henry lemas. Diah menggelengkan kepalanya dan
berkata. ‘Nggak! Maaf, gara-gara aku kamu jadi gini.’
‘Nggak, gara-gara
aku malah. Kamu nggak ada kaitannya antara aku sama si Fauzi. Aku pikir aku
bisa jadi temannya, ternyata aku salah. Gara-gara ini kamu harus ada disini semaleman.
Maaf ya.’ Jelas Henry tersenyum.
Diah mulai
menangis.
‘Hei, jangan
menangis di depanku dong.’ Kata Henry tersenyum.
Diah mengusap air
matanya yang keluar. Nada menepuk-nepuk pundak Diah, berusaha untuk
menenangkannya. ‘Memang benar ya? Mudah untuk pura-pura bahagia tapi sulit
untuk menemukan kebahagiaan itu sendiri.’ Lanjut Henry.
Henry pun
tersenyum pada Diah sambil menutup matanya perlahan-lahan. Diah amat terkejut
dan mulai menangis lagi. Nada menenangkannya dan menyuruh Diah untuk
membantunya membawa Henry ke UKS segera. Diah pun membawa Henry ke UKS dibantu
Nada dan Polisi itu yang baru datang dari urusannya dengan Fauzi. Diah berharap
agar Henry masih bisa diselamatkan.
0 komentar:
Posting Komentar