Jumat, 06 Juni 2014

The Ugly Guardian Angel : Menyelamatkan Diah

Halo…’ Kata Bu Kokom.
‘Halo, ini dengan ibu Diah. Saya mau tanya bu.’ Kata wanita di seberang telepon itu.
‘Iya bu. Boleh.’ Jawab bu Kokom.
‘Apa ada jam tambahan di sekolah bu?’ Tanya ibu Diah.
‘Nggak. Semuanya sudah pulang bu.’ Jawab bu Kokom keheranan.
‘Kok anak saya belum pulang ya bu?’ Tanya ibu Diah khawatir.
‘Saya juga tidak tahu bu. Diah sudah tidak ada di kelasnya sejak jam istirahat. Tapi tidak ada laporan ada yang keluar pas jam istirahat bu.’ Jawab bu Kokom khawatir.
‘Terus? Anak saya gimana bu? Saya telepon nggak diangkat, SMS juga nggak dibales bu.’ Tanya ibu Diah khawatir.
‘Maaf bu, saya akan berusaha mencari Diah. Saya janji bu.’ Kata bu Kokom.
‘Maaf, maaf. Maaf nggak bisa balikin anak saya bu! Sekolah macam apa ini?! Apa tiap tahunnya ada anak yang tiba-tiba menghilang begitu saja?’ Kata ibu Diah emosi.
‘Gini aja bu, saya akan lapor polisi untuk mencari Diah. Biar pihak sekolah yang mecari Diah ya bu. Gimana?’ Tawar bu Kokom yang berusaha mencairkan suasana.
‘Ya terserah deh! Yang jelas anak saya bisa pulang!’ Kata ibu Diah marah sambil membanting teleponnya. ‘Yah, gimana nih? Diah nggak ada di sekolah.’ Keluh ibu Diah menoleh pada pria yang sedang membaca koran itu.

Pria itu membanting korannya dan berkata. ‘Udah deh bu, kita lapor polisi aja! Nggak mungkin Diah masih main malam-malam begini.’
‘Nggak yah! Biar ibu yang cari Diah.’ Kata ibu Diah khawatir.
Suaminya memegang lengan istrinya dan membujuknya. ‘Jangan! Ibu masih sakit, mending kita diam disini dan membiarkan polisi yang nyari Diah ya?’

‘Tapi Diah gimana yah? Apa dia udah makan? Diah pasti kenapa-napa diluar sana yah.’ Kata ibu Diah cemas.
‘Ibu juga ingat sama kesehatan ibu! Ayah juga khawatir. Ayah yakin Diah baik-baik saja disana, kita serahkan pada Allah saja ya bu.’ Bujuk ayah Diah.
‘Masa kita harus pasrah aja yah?’ Keluh ibu Diah.
‘Ayah akan lapor polisi. Besok kita cari Diah ya? Diluar dingin, nanti penyakit ibu tambah parah lagi.’ Hibur ayah Diah.

Ibu Diah menganggukan kepalanya dan langsung berjalan ke kamarnya untuk beristirahat. Dia bisa mendengar suaminya sedang menelepon polisi dari balik kamarnya. Ibu Diah hanya berbaring pasrah diatas ranjangnya. Kalau saja dia masih sehat, dia pasti sudah keluar rumah untuk mencari putri semata wayangnya yang hilang itu.

“Diah, cepat pulang nak. Jangan buat ibu khawatir.” Ucap batin ibu Diah sampai-sampai mengeluarkan air matanya.

Sementara itu, bu Kokom sedang membereskan mejanya di ruang guru. Ruang guru sudah sepi karena guru-guru yang lain sudah pulang dan hanya bu Kokom yang belum pulang.

“Kenapa Diah belum pulang ya? Tasnya juga sudah hilang sejak jam istirahat. Apa ini ada kaitannya dengan masalah Henry? Tidak, aku tidak boleh su’udzon. Lagipula, bukan cuma Diah yang hilang. Fauzi, Hadi dan Fajar juga hilang.” Pikir bu Kokom.

Bu Kokom meraih tasnya dan keluar dari ruang guru. Dia bergegas ke gerbang sekolah dan terlihat seorang pria tua berseragam Satpam sedang duduk beristirahat di dalam sebuah pos di samping gerbang sekolah. Bu Kokom menghampiri dan berkata. ‘Maaf ya pak Yayan, sampai bikin bapak nunggu disini sampai malam gini.’

Pria itu berdiri dari kursinya dan tersenyum ramah pada bu Kokom dan berkata ‘Nggak apa-apa bu. Memang sudah tugas saya menjaga sekolah ini sampai kosong.’
‘Pak Yayan yakin,nggak lihat ada anak baru yang keluar pas jam istirahat?’ Tanya bu Kokom.
‘Sumpah bu, saya nggak liat seorang anak pun yang keluar dari gerbang pas jam istirahat.’ Jawab pak Yayan. ‘Tapi, semua staff kebersihan juga hilang loh bu, bukan cuma anak-anak itu. Lebih baik kita lapor polisi bu.’ Lanjut pak Yayan.
‘Sudah pak, tapi mereka bisa datang besok.’ Kata bu Kokom.
‘Dasar polisi jaman sekarang. Yaudah deh, ibu pulang saja ya, biar saya cek sekolah dulu. Pasti mereka ada di sekitar sini, tidak mungkin mereka ada di luar karena jalan keluar dari sekolah ini cuma gerbang ini saja.’ Usul pak Yayan kesal.
‘Emang nggak apa-apa pak? Nanti istri dan anak bapak khawatir lagi.’ Tanya bu Kokom khawatir.
‘Tenang aja bu! Ibu pulang aja deh.’ Jawab pak Yayan ramah.

Bu Kokom pun pergi meninggalkan pak Yayan untuk pulang. Pak Yayan meraih senternya dan berjalan menyusuri sekolah untuk mencari anak-anak dan para staff kebersihan yang menghilang secara misterius. Setelah pak Yayan berada di sekitar gudang, belakang kepala pak Yayan terasa ditembak oleh batu. Pak Yayan melihat sekitarnya tapi, dia tidak melihat siapa-siapa disekelilingnya. Saat pak Yayan kembali berjalan, tiba-tiba belakang kepalanya dipukul dengan keras hingga membuat pak Yayan pingsan.

‘Sekap tua bangka ini!’ Suruh orang yang memukul pak Yayan.

Temannya hanya menganggukan kepalanya dan menyeret pak Yayan yang sedang pingsan itu ke suatu tempat.


Keesokan harinya. Henry sedang berjalan menuju sekolahnya dengan ketakutan yang menghantui pikirannya, sepanjang jalan ia hanya berpikir bagaimana caranya mengalahkan Fauzi. Sekian lama ia berjalan, langkahnya terhenti di gerbang sekolah. Dia melihat sebuah mobil polisi ada di tempat parkir sekolah.

‘Ada apa ini?’ Kata Henry bingung.

Henry pun mulai berlari sampai lapangan. Dia melihat bu Kokom sedang berbicara dengan seorang polisi, Henry terlihat resah.

“Apa sekolah tahu kalau Diah ada disini?” Pikir Henry.

Henry pun berjalan menuju kelasnya. Tidak ada siapa-siapa di kelasnya, seperti biasa, Henry datang kepagian lagi. Dia pun duduk di kursinya dan mulai berpikir.

“Kalau si Fauzi mengurung Diah di gudang, harusnya Diah sudah ketahuan sama sekolah kan? Tidak mungkin tidak ada yang membuka gudang selain Fauzi. Apa sih kerjaan staff kebersihan di sekolah ini?” Pikir Henry kesal.

Tiba-tiba lamunan Henry dikacaukan oleh seseorang yang tiba-tiba menepuk pundaknya.

‘Pagi-pagi udah melamun aja. Entar kesambet loh.’ Kata orang itu gurau.

Henry pun menoleh ke orang itu dan berkata ‘Ngagetin aja kamu mail.’
‘Hehehe. Maaf deh. Eh, gimana kemarin? Diah udah maafin kamu?’ Tanya Ismail.
‘Belum, kayaknya dia masih marah deh.’ Kata Henry lesu.
‘Kayaknya nggak deh.’ Potong Nada yang tiba-tiba ada di belakang Ismail.
‘Nada? Sejak kapan kamu ada di belakang aku?’ Tanya Ismail kaget.
‘Kamu nggak inget ya? Kita kan udah barengan dari gerbang tadi.’ Jelas Nada.
‘Oh iya ya, Kayaknya kita jodoh ya? Segala bareng mulu.’ Goda Ismail.
‘Udah deh pacarannya. Kenapa kamu bilang gitu nad?’ Tanya Henry yang merusak pertengkaran konyol mereka berdua.
‘Apaan sih? Aku tau kalau Diah bukan cewek kayak gitu.’ Jawab Nada.
‘Tau dari mana? Kalian kan masih baru jadi temen kan?’ Sindir Ismail.
‘Kita kan teman 1 SMP ya udah nggak aneh kan kalau aku lebih kenal dari kalian.’  Jawab Nada bete.
‘Oh.’ Kata Ismail salah tingkah.
‘Kayaknya dia diculik deh, kamu lihat ada mobil polisi yang ada di tempat parkir kan? Kemarin juga dia nggak ada di rumahnya.’ Jelas Nada.
‘Kayaknya Fauzi dalangnya deh. Dia juga hilang di jam istirahat kan?’ Tambah Ismail.
‘Kalian berdua kayak detektif aja deh. Nggak mungkin si Diah diculik, emang dia anak kecil? Emang buat apa si Fauzi nyulik si Diah? Nggak ada kerjaan amat kayaknya.’ Kata Henry bete.
‘Terus? Ngapain tuh mobil polisi parkir di sekolah?’ Tanya Nada.
‘Aku nggak tahu. Udah deh, aku mau ke kantin dulu ah.’ Kata Henry pergi meninggalkan mereka berdua.

“Darimana mereka tahu? Apa aku harus beritahu mereka apa yang sebenarnya terjadi? Tidak, ini urusanku, mereka tidak ada kaitannya dengan ini. Yang terpenting adalah, Diah harus selamat. Dia tidak ada kaitannya dengan semua ini.” Pikir Henry.

Ismail dan Nada merasa heran pada sikap aneh Henry hari ini.
‘Ada yang aneh sama si Henry.’ Kata Nada.
‘Aneh apanya?’ Tanya Ismail.
‘Dia kayak nyembunyiin sesuatu gitu lah.’ Jawab Nada.
‘Nyembunyiin apa?’ Tanya Ismail makin penasaran.
‘Kayaknya ada sesuatu deh, kayaknya tentang si Diah. Mukanya keliatan panik pas aku nanya-nanya soal si Diah.’ Jelas Nada.
‘Benar juga ya? Apa kamu pikir Henry yang nyulik si Diah?’ Tanya Ismail.
‘Ngaco kamu! Ngapain dia nyulik si Diah?’ Kata Nada kesal. ‘Tapi kayaknya ada sesuatu deh, gimana kalau kita buntuti si Henry pas pulang sekolah?’ Usul Nada.
‘Kayaknya kamu kebanyakan nonton “Detective Conan” deh.’ Sindir Ismail.
‘Mau nggak?’ Tanya Nada kesal.
‘Iya deh.’ Kata Ismail bete.


Kelas benar-benar kondusif. Pria berkumis tebal itu sedang serius menerangkan materinya di depan kelas. Para murid terlihat serius mendengarkan dan menulis materi dari pria itu. Henry terus saja melihat kursi Diah yang kosong.

“Bersabarlah Diah, aku akan menyelamatkanmu!” Ucap batin Henry.

Tiba-tiba terdengar pintu diketuk cukup keras. Pria itu membuka pintu dan telihat seorang ibu-ibu yang bertubuh tambun dan berkacamata berdiri di hadapan pria itu.

‘Maaf pak Heri, apa saya ganggu?’ Tanya ibu itu sopan.
‘Oh, bu Eli? Nggak kok, ada apa ya?’ Tanya pak Heri ramah.
‘Ada sedikit pengumuman. Boleh saya masuk?’ Tanya bu Eli.
‘Silahkan bu.’ Kata pak Heri mempersilahkan bu Eli masuk dengan ramahnya.

Bu Eli pun masuk ke kelas dan berdiri di depan mereka.
‘Kenapa bu Eli datang ya? Apa ini soal si Diah?’ Bisik Ismail.
‘Aku nggak tahu.’ Jawab Henry ketus.
Ismail pun mulai diam. Dia pikir Henry masih kesal dengan kejadian tadi pagi.

‘Kalian mungkin tahu, beberapa teman kalian tidak masuk hari ini…’ Kata bu Eli.

“Diah! Ternyata sekolah sudah tahu!” Ucap benak Henry terkejut.

‘Diah, Fauzi dan Hadi. Orang tua mereka cemas karena mereka bertiga belum pulang dari kemarin. Mereka juga sudah hilang dari kemarin, tepatnya saat jam istirahat. Dan anehnya, semua staff kebersihan dan kak Fajar juga menghilang. Bagi yang punya petunjuk atau informasi yang berkaitan dengan ini, tolong beri tahu ibu di TU ya.’ Jelas bu Eli.

“Kak Fajar dan semua staff juga hilang?! Berarti, Diah sudah seharian disana!! Kurang ajar!! Awas kamu Fauzi!” Ucap benak Henry marah.

Ismail yang melihat raut wajah Henry yang berubah menjadi kesal, dia semakin yakin bahwa Henry menyembunyikan sesuatu.

‘Henry.’ Panggil bu Eli.
‘Iya bu.’ Jawab Henry terkejut.
‘Ikut ibu ke ruang TU sekarang!’ Perintah bu Eli.
‘Iya bu.’ Jawab Henry yang sudah keluar dari bangkunya.

Bu Eli pun pamit pada pak Heri dan keluar kelas diikuti oleh Henry.
Sementara itu, Ismail langsung meraih tas Henry dan merogohnya untuk mengambil HP Henry. Setelah HP Henry didapatkan, is langsung mengecek inboxnya, Ismail terkejut melihat SMS yang dikirim oleh Fauzi kemarin.

“Begitu ya? Pulang sekolah, di gudang? Sebaiknya aku beritahu Nada soal ini.” Pikir Ismail.

Ismail pun mengembalikan HP Henry ke tempatnya semula.
Bel tanda pulang pun sudah berbunyi. Semuanya sudah pulang kecuali Henry yang masih duduk di kursinya. Dia tertunduk ke mejanya dia teringat saat kejadian di TU tadi, 1 jam dia diintrogasi oleh bu Eli dan polisi yang dia lihat tadi, dan dia hanya bisa menjawab “tidak” saja. Dia terbangun dari lamunannya dan melihat sekelilingnya sambil berdiri dari kursinya. Dia mengikatkan jaketnya di sekeliling bawahan perutnya seperti layaknya sabuk, dia menyelipkan sebuah penggaris besi di celah antara jaket dan perutnya disamping kiri dan kanan.

‘Diah, tunggu aku.’ Kata Henry pelan.

Henry pun meninggalkan kelasnya dan pergi ke gudang sekolah diikuti Ismail dan Nada yang membututi Henry.

Henry sudah ada di depan gudang. Ismail dan Nada bersembunyi sambil melihat Henry di balik semak-semak yang ada di teras kelas.

‘Perang akan dimulai!’ Kata Ismail.
‘Iya, sepertinya Henry sudah siap.’ Tambah Nada. ‘Saat mereka sedang sibuk berkelahi, kita selamatkan Diah terus kita beri tahu sekolah ya. Mengerti?’ Jelas Nada.
Ismail menganggukan kepalanya dan kembali melihat Henry.

‘Fauzi! Dimana kamu?!’ Teriak Henry marah.

‘Disini!’ Teriak Fauzi yang tiba-tiba berlari keluar dari gudang sambil bersiap menyerang Henry dengan sebuah tongkat besi. Henry pun langsung mengeluarkan kedua penggarisnya secara menyilang untuk menahan serangan tongkat besi Fauzi.
Mereka pun saling mengunci dengan senjatanya masing-masing. Fauzi menujukan senyum “setan”nya pada Henry dan Henry membalasnya dengan tatapan penuh kebencian. Inilah kesempatan Henry untuk menghentikan penderitaannya dan ketakutannya pada Fauzi. Henry harus melawan rasa takutnya dengan memenangkan pertempuran ini.

Dan perang pun dimulai!

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerpen Go 4 Blog © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates