Sabtu, 07 Juni 2014

The Ugly Guardian Angel : Air Mata Diatas Darah

Lu punya nyali juga ya? Emang lu yakin bisa ngalahin gue? Adanya juga, lu yang mampus.’ Sindir Fauzi dengan angkuhnya.
‘Jangan banyak bacot lu! Dimana Diah?!!’ Teriak Henry marah.
‘Lu dua cerewet amat sih. Pacar lu ada di dalam dasar bego.’ Jawab Fauzi.

Henry melirik ke gudang yang sudah terbuka lebar itu, ia melihat Diah yang terikat di kursinya dan Hadi yang sedang duduk santai di sebelah Diah.

‘Henry! Pergi! Beritahu sekolah aja! Jangan peduliin aku!’ Teriak Diah panik.
‘Berisik.’ Kata Hadi sambil menampar Diah.

Henry mulai mengamuk dan langsung menyeruduk Fauzi sampai Fauzi terjatuh, ia berlari mendekati mereka berdua sambil berteriak ‘HADI!!!’
Tiba-tiba Henry terjatuh gara-gara Fauzi berhasil memukul kepalanya dengan tongkat besinya.

‘Kalau lu mau nyelametin dia, lu harus lawan gue dulu.’ Kata Fauzi.
‘Lu maunya apa sih?!’ Teriak Henry.
Fauzi hanya diam, memandang Henry dengan angkuhnya.

‘Kita harus bantu dia!’ Kata Nada cemas.
‘Jangan!’ Cegah Ismail.
‘Kenapa? Kalau kita biarin aja, nanti Henry bisa mati!’ Kata Nada kesal.
‘Emang kita bisa apa? Ada juga kita yang bakal ngerepotin dia. Sabar aja, si Fauzi udah kuat, cepet lagi, Nggak mungkin kita bisa bantu si Henry.’ Kata Ismail kesal.
‘Terus? Henry gimana?’ Tanya Nada panik.
‘Henry pasti bisa, dia nggak bakal nyerah. Aku yakin! Dan saat mereka saling mengunci lagi, kita langsung selametin si Diah!’ Jelas Ismail.
Nada pun terdiam dan kembali melihat pertempuran itu.

‘Heh!! Lu denger gue nggak? Bebasin dia! Dia nggak ada kaitannya sama masalah ini!’ Teriak Henry.

‘Berisik!’ Kata Fauzi sambil mengayunkan tongkatnya ke arah Henry yang terbaring di tanah. Henry pun meraih kedua penggarisnya dan menahan serangan Fauzi lagi dengan cara yang sama. Henry melucuti tongkat Fauzi sampai tongkatnya jatuh dari tangan Fauzi. Tiba-tiba Fauzi tertawa terbahak-bahak.
Henry kembali berdiri dan bertanya dengan sinisnya. ‘Apa  yang lucu?’

‘Gue jadi inget, kita pernah kayak gini pas SD. Benar-benar masa lalu yang indah ya?’ Jelas Fauzi.
‘Cuih! Ya, masa lalu yang menjijikan.’ Sindir Henry.
‘2 lawan 1? Nggak adil ah, pake 1 dong biar adil.’ Bujuk Fauzi.
‘Iya, tapi senjata lu lebih keras dari senjata gue. Dasar bego.’ Sindir Henry.
‘Heh! Lu yang bego.’ Teriak Fauzi marah.

Fauzi pun mengambil tongkatnya dan mengayunkannya lagi pada Henry dan Henry mengayunkan penggarisnya pada Fauzi. Dan kedua senjata itu saling bertubrukan. Mereka pun saling menyerang dan menahan satu sama lain secara terus-terusan.

‘Nada, Sekarang.’ Ajak Ismail.

Mereka berdua pun berlari ke arah gudang. Henry melihat mereka berdua dan berteriak. ‘Tolong selamatkan Diah di gudang!’
Ismail pun mengacungkan jempolnya pada Henry.

‘Bego lu! Lu pikir si Hadi ada disana buat apa? Dia bakal mampusin temen-temen lu yang nggak ada gunanya itu!’ Sindir Fauzi.

Henry mulai mengamuk lagi. Dia melucuti tongkat Fauzi sampai terlempar dari tangannya. Henry langsung mengayunkan kedua penggarisnya ke arah perut Fauzi dan menendang badannya sampai jatuh. Henry pun langsung berlari menyusul Ismail dan Nada.

Hadi melihat 2 orang berlari ke arahnya. Dia mengambil ketapelnya dan beberapa kerikil untuk menghentikan mereka berdua. Hadi mulai membidik ke arah kepala mereka berdua dan tiba-tiba Diah berkata dengan ketakutan. ‘Hadi, tolong jangan lakukan itu!’

‘Berisik!’ Bentak Hadi.

Hadipun melepaskan bidikannya dan kedua kerikilnya kena telak ke kepala Henry yang berhasil melindungi mereka berdua.

‘Henry…’ Kata Diah schoked.

Henry terlihat sangat kelelahan dan kesakitan. Dia melototi Hadi dengan tajam.

‘Sialan lu!’ Bentak Hadi yang tiba-tiba terjatuh kelantai akibat ketakutan pada Henry..

‘Ismail, Nada! Cepat bawa Diah keluar dari sini! Biar aku yang urus dia.’ Suruh Henry.

Ismail pun mendekati Diah dan memotong talinya. Dia dan Nada membawa Diah leluar dari gudang tapi, Fauzi tiba-tiba datang dan siap mengayunkan tongkatnya pada mereka bertiga. Untungnya Henry berhasil menahan serangan Fauzi dengan kedua penggarisnya.

‘Pergi!’ Teriak Henry panik.

Mereka pun pergi meninggalkan Henry sendirian diserang oleh Fauzi dan Hadi.

‘Tunggu! Henry masih disana sendirian!’ Kata Nada panik.
‘Lebih baik kita beritahu bu Eli tentang ini!’ Kata Ismail.
‘Tapi, Henry bisa…’ Kata Nada.
‘Kamu denger nggak apa yang dia bilang tadi?! Dia pasti mau kita laporin ini ke bu Eli. Aku yakin Henry bisa selamat dari Fauzi asalkan kita bisa cepat ke TU!’ Potong Ismail.
‘OK, Ternyata bully itu benar-benar mengerikan ya?’ Kata Nada.
‘Iya, aku juga kasihan sama si Henry. Dia benar-benar sial. Ayo cepat!’ Kata Ismail.

Mereka bertiga mempercepat lari mereka. Diah hanya diam saja mendengar mereka berdua berdebat tentang Henry. Air matanya sampai keluar.

“Ini semua salahku! Ini semua salahku!” Ucap batin Diah.


Nafas Henry mulai terngah-engah. Dia terpojok oleh Fauzi dan Hadi. Henry mengusap keningnya yang terkena tembakan Hadi tadi, ternyata tembakan itu benar-benar menyakitkan sampai-sampai memberi 2 lingkaran biru baru di keningnya.

Henry mulai kehabisan akal, apakah hidupnya akan terhenti sampai disini? Mati sebagai korban bully yang tidak berdaya?

‘2 lawan 1? Nggak adil banget ya? Kenapa nggak lu aja yang maju biar adil?’ Gertak Henry dengan senyum liciknya.

Fauzi hanya tertawa terbahak-bahak. Senyum Henry pun sirna dan kembali menjadi datar.

‘Bodo amat! Gue nggak peduli ama adil atau kagak. Gue cuma mau lu mampus doang, bego!’ Jawab Fauzi.
‘Apa?!’ Kata Henry tidak percaya. ‘Hadi? Kenapa kamu ngebantu berandalan ini?’ Lanjut Henry kebingungan.

Hadi hanya terdiam.

‘Dasar bego! Justru dia yang mau lu mampus!’ Kata Fauzi.
‘Apa?! Kurang ajar! Hadi, salah aku apa sih?!’ Tanya Henry tidak percaya.

Hadi hanya diam. Dia mulai membidik Henry lagi dan Fauzi pun sudah siap mengayunkan tongkatnya ke kepala Henry. ‘Sial, gue udah buntu kayaknya?’ Kata Henry sambil mengarahkan penggarisnya ke arah 2 lawannya.

Henry langsung menyeruduk Hadi sampai ia jatuh menabrak rak yang ada di belakangnya. Fauzi langsung mengayunkan tongkat besinya namun, tongkatnya berhasil ditahan dan dilucuti oleh Henry. Henry langsung mengayunkan penggarisnya ke kepala Fauzi sampai is jatuh ke lantai.

‘Itu untuk semua kenangan busuk di neraka itu!’ Teriak Henry.

Fauzi terlihat melemah. Henry melangkah ke arahnya dengan nafas terengah-engah. Henry terlihat menang sekarang, wajahnya pun mulai tersenyum. 6 tahun penderitaan di SD akhirnya terbalas juga, Henry menyatukan kedua penggarisnya menjadi 1 untuk membuat Fauzi pingsan. Fauzi terlihat kesal dan panik, dia sudah kewalahan melawan Henry. Tapi, dia mulai tersenyum karena dia melihat Hadi yang sudah bangun dari pingsannya. Fauzi pun berusaha meraih tongkatnya yang tergeletak disampingnya.

“Akhirnya aku menang, aku harus cepat membuat berandalan ini pingsan dan langsung bertemu Diah, banyak hal yang ingin kukatakan padanya.” Ucap benak Henry.

Henry mulai mengayunkan kedua penggarisnya ke kepala Fauzi tapi, serangannya digagalkan oleh Hadi yang berhasil menembak belakang kepala Henry. Henry mulai kehilangan keseimbangannya, Fauzi menggunakan kesempatan itu untuk menghantam kepala Henry dengan tongkat besinya sampai Henry terpental ke dinding. Fauzi mengambil sebatang rokok dari sakunya dan menyalakannya.
Fauzi pun berjalan ke arah Henry.
Henry terbangun, namun dia hanya duduk bersender pada dinding. Dia tidak sanggup berdiri lagi karena dia sudah kelelahan, ditambah lagi kepalanya sudah berdarah sampai menetes ke lantai. Henry hanya bisa pasrah sekarang. Dia melihat Fauzi yang berjalan padanya dengan senyum “setan”nya bagaikan malaikat maut yang siap mencabut nyawa Henry. Fauzi memutar-mutar rokoknya dengan jarinya sambil tertawa kecil.

‘Lu ngerasa menang ya? Dasar bego! Lu pikir gue selemah itu?!’ Kata Fauzi kesal sambil menendang badan Henry.
Henry berteriak kesakitan karena tendangan Fauzi tepat mengenai luka memarnya yang ia dapat kemarin. Henry menatap wajah Fauzi penuh kebencian, dia tetap saja berani melototi Fauzi seperti itu. Fauzi mengarahkan rokoknya ke arah Henry.

‘Lu pikir ini semua bakal berakhir? Memang bener sih.’ Kata Fauzi. ‘Berakhir di neraka!’ Lanjutnya
Ia langsung menyundut rokoknya ke bekas luka Henry yang ada di pipinya. Henry berteriak kesakitan, dia merasakan rasa sakit yang luar biasa yang sama sakitnya seperti apa yang ia rasakan sebelumnya di SD. Fauzi hanya tertawa terbahak-bahak, bahkan dia malah menekan rokoknya lebih dalam lagi.

‘Mampus lo! Mampus!’ Teriak Fauzi sambil tertawa.

Henry tetap berteriak. Seolah-olah dia melihat orang-orang yang ia sayangi berputar-putar di udara. Ada ibu, ayah, Ismail dan Diah. Mereka berempat berputar-putar di udara dengan cepatnya.

“Benarkah aku akan mati disini?” Pikir Henry.

Hadi pun berjalan mendekati Fauzi. Dia tidak percaya dengan apa yang ia lihat kali ini. Dia memang mau Henry mati, tapi dia malah kasihan pada Henry. Dia juga baru tahu kalau sepupunya sejahat ini, bahkan lebih dari setan.

‘Fauzi! Stop!’ Teriak Hadi.

Fauzi pun melepaskan rokoknya dan membuangnya. Henry tertunduk kesakitan, bekas luka di pipinya yang asalnya hitam, kini berubah menjadi putih bagaikan daging mati.

‘Apa?!’ Tanya Fauzi kesal.
‘Kita biarin dia aja deh.’ Jawab Fauzi panik.
‘Hah?! Lu mau biarin gembel ini idup? Padahal bentar lagi dia mati loh.’ Kata Fauzi bingung.
‘Udah deh, Nggak ada gunanya kan mampusin dia juga?’ Tanya Hadi panik.
‘Bener juga sih.’ Kata Fauzi.

Hadi pun tersenyum lega, setidaknya Henry bisa selamat.

‘Tapi, nyiksa dia lebih bermanfaat buat gue!’ Lanjut Fauzi semangat sambil menendang Henry terus-terusan tanpa ampun. Hadi terkejut, dia hanya bisa diam tidak tahu mau ngapain lagi.


Ismail dan yang lainnya sudah sampai di TU. Bu Eli terkejut melihat Diah bersama mereka, ia mendekati Diah dan bertanya dengan paniknya. ‘Diah? Darimana saja kamu? Kamu udah buat semuanya khawatir.’

Diah terlihat resah dan panik. Dia melihat ada seorang Polisi duduk di bangku yang ada di sebelahnya, dia pun mendekati polisi itu dan dengan paniknya berkata. ‘Cepat! Kita harus selametin Henry!’

‘Tenang dulu dek. Tolong beritahu saya dimana yang lainnya?’ Tanya Polisi itu sopan.
‘Tidak ada waktu pak! Kita harus selametin Henry sekarang!’ Kata Ismail panik.
‘Diam Ismail!’ Gertak bu Eli. ‘Diah, tolong beritahu apa yang sebenarnya terjadi?’ Tanya bu Eli.
‘Fauzi! Ini semua ulah Fauzi! Dia menyekap saya dan semua staff agar Henry bisa datang untuk menyelamatkan saya! Fauzi berniat untuk membunuh Henry, tolong bu, dia bisa mati kalau kita terlambat!’ Jelas Diah panik.
‘Iya, saya lihat sendiri bu! Henry sudah terluka parah sejak kami pergi dari gudang.’ Tambah Nada.
‘Ayo! Bawa saya kesana!’ Potong Polisi itu yang sudah berdiri dari kursinya.
Diah terlihat lega dan ia pun langsung berlari ke gudang diikuti Ismail, Nada dan Polisi itu.


Nafas Henry sudah terengah-engah, begitu juga Fauzi. Banyak darah Henry yang sudah menetes ke lantai.

‘Bangsat! Kenapa lu nggak mampus-mampus sih?!’ Teriak Fauzi kesal.

Fauzi mengambil tongkat besinya dan bersiap untuk mengayunkannya tepat ke arah Henry. ‘Kayaknya gue harus pake ini lagi buat mampusin lu!’ Kata Fauzi kesal.

‘Kenapa?’ Ucap Henry yang tiba-tiba sadar. Henry mengeluarkan air matanya sampai membasahi darahnya yang mengotori lantai. Dia menunjukan wajahnya pada Fauzi dan menatapnya dengan pandangan penuh amarah. ‘Apa salahku Fauzi?!’ Teriak Henry marah.

Fauzi hanya diam seolah-olah tidak peduli. Hadi masih diam kebingungan sambil memegang ketapelnya di belakangnya. Diam-diam Hadi melangkah mundur menjauhi Fauzi.

‘Aku berusaha mengerti kamu! Aku udah nyegah bu Kokom biar kamu nggak dikeluarin dari sekolah! Aku mau cari teman bukan musuh! Kamu ngerti nggak sih?!!!’ Teriak Henry sambil menangis.

Fauzi masih diam dengan angkuhnya.

‘FAUZI!!!’ Teriak Henry kesal.

‘Oh, so sweetnya. Biar gue mampusin lu sebagai balasannya ya!’ Kata Fauzi mulai mengayunkan tongkatnya pada Henry. Henry menutupi matanya, dia bersiap unruk melihat ajalnya yang akan datang. Tapi, tiba-tiba Fauzi terhenti karena belakang kepalanya terasa ditembak sesuatu. Fauzi membalikkan badannya dan melihat Hadi yang membidik ketapelnya ke arah Fauzi. ‘Fauzi! Gue udah nggak peduli lagi! Lepasin dia atau gue yang mampusin lu!’ Ancam Hadi.

‘Oh, jadi lu mau coba ngelindungin si gembel ini?’ Tanya Fauzi dengan angkuhnya.
‘Kagak! Gue Cuma nggak suka sama prilaku lu yang kayak stan itu! Dia udah nyoba segalanya buat jadi temen lu! Lu punya otak nggak sih?!’ Jelas Hadi marah.

Tanpa segan-segan lagi, Fauzi langsung berlari ke arah Hadi bersiap untuk menyerangnya dengan tongkatnya.

‘Hadi! Awas!’ Teriak Henry panik.

Hadi terus menembak namun, Fauzi tetap berlari juga. Hadi hendak mengambil batu lagi namun sialnya, Fauzi sudah berada tepat didepannya, bersiap untuk menghantam kepala Hadi.

“Sial, cepet banget nih orang.” Ucap benak Hadi terkejut. Dia terlihat panik, tidak disangka sepupunya sendiri tega menyerang dia.

‘Gue temenan sama si gembel itu? Jangan mimpi deh!’ Teriak Fauzi sambil menghantam kepala Hadi sampai Hadi terpelanting ke dinding. Fauzi berlari lagi ke arah Henry sambil mengangkat tongkatnya bersiap untuk menghantam kepala Henry lebih keras lagi. ‘Mampus lu Henry!’ Teriak Fauzi yang sudah kehilangan kendali.

“Diah, maafkan aku.” Ucap benak Henry sambil mengeluarkan air matanya lagi, mungkin untuk terakhir kali.

Tiba-tiba seseorang memegang tongkat Fauzi sehingga Fauzi tidak dapat mengayunkan tongkatnya. Henry merasa bingung, dia tidak merasakan suatu hantaman di kepalanya. Dia pun membuka matanya dan dia terkejut melihat Polisi yang mengintrogasinya tadi sedang menahan serangan Fauzi dengan cara memegang ujung tongkat Fauzi dari belakang. ‘Fauzi Septiadi, anda ditahan karena percobaan pembunuhan dan penculikan.’ Kata Polisi itu.

Fauzi menoleh ke polisi itu dengan menatapnya dengan angkuh. ‘Oh, lu lagi? Berapa duit yang harus gue keluarin buat nutup bacot lu?’ Kata Fauzi.

Polisi itu memukul kepala Fauzi dengan keras dan langsung memborgol kedua tangan Fauzi. ‘Saya nggak butuh uang kamu! Yang saya mau adalah, dimana kamu sekap semua staff dan Fajar?!’ Kata polisi itu tegas.

‘Toilet guru!’ Potong Hadi yang terbaring di pojok gudang. Dia mengacungkan sebuah kunci gembok. ‘Toilet itu digembok oleh Fauzi. Ini kuncinya, cepat bebaskan mereka!’ Lanjut Hadi.

Ismail mengambil kunci itu dan berkata. ‘Pak, biar saya yang bebasin mereka!’
Polisi itu menganggukan kepalanyadan Ismail pun pergi untuk menyelamatkan para staff dan Fajar.

‘Kamu bakal dikurung dalam waktu yang lama.’ Ancam Polisi itu.
‘Gue nggak takut! Bokap gue pasti bakal ngebebasin gue! Butuh berapa juta sih?’ Hina Fauzi.
‘Siapa yang bilang kamu bakal dipenjara? Kamu bakal dikurung di Rumah Sakit Jiwa! Dan bapak kamu nggak akan bisa ngebebasin anak kesayangannya.’ Ledek Polisi itu.

Fauzi hanya tertawa terbahak-bahak. Polisi itu membopong Fauzi keluar untuk memasukannya ke dalam mobilnya.


Henry tiba-tiba terbaring lemas. Diah dan Nada menghampirinya dengan panik, terutama Diah yang schoked melihat Henry yang kepalanya sudah mengeluarkan darah dan bekas lukanya yang putih bagaikan daging mati. Henry melihat Diah yang terlihat sedih padanya. Henry hanya tertawa kecil dan bertanya. ‘Hai Diah, apa kamu baik-baik saja?’

‘Jangan bicara dulu! Kita bakal bawa kamu ke UKS.’ Kata Diah panik.

Henry pun menahan tangan Diah dan berkata. ‘Tunggu dulu!’ Diah dan Nada pun terdiam. ‘Maaf. Aku udah ngelanggar janji itu.’ Kata Henry lemas. Diah menggelengkan kepalanya dan berkata. ‘Nggak! Maaf, gara-gara aku kamu jadi gini.’

‘Nggak, gara-gara aku malah. Kamu nggak ada kaitannya antara aku sama si Fauzi. Aku pikir aku bisa jadi temannya, ternyata aku salah. Gara-gara ini kamu harus ada disini semaleman. Maaf ya.’ Jelas Henry tersenyum.

Diah mulai menangis.

‘Hei, jangan menangis di depanku dong.’ Kata Henry tersenyum.
Diah mengusap air matanya yang keluar. Nada menepuk-nepuk pundak Diah, berusaha untuk menenangkannya. ‘Memang benar ya? Mudah untuk pura-pura bahagia tapi sulit untuk menemukan kebahagiaan itu sendiri.’ Lanjut Henry.

Henry pun tersenyum pada Diah sambil menutup matanya perlahan-lahan. Diah amat terkejut dan mulai menangis lagi. Nada menenangkannya dan menyuruh Diah untuk membantunya membawa Henry ke UKS segera. Diah pun membawa Henry ke UKS dibantu Nada dan Polisi itu yang baru datang dari urusannya dengan Fauzi. Diah berharap agar Henry masih bisa diselamatkan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerpen Go 4 Blog © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates